Tajuddin Noor Ganie
KABAR BUAT SYUHADA HAJI
YANG BERBARING DIAM
DI KILOMETER 24 LANDASAN ULIN
Wahai, syuhada haji yang berbaring diam
Di kilometer 24 Landasan Ulin
Tahukah engkau
Gara-gara musibah
Yang menimpamu dulu
Pesawat haji tahun ini
Tidak lagi singgah di Kolombo
Wahai, syuhada haji yang berbaring diam
Di kilometer 24 Landasan Ulin
Tahukah engkau
Gara-gara musibah
Yang menimpamu dulu
Animo naik haji
menurun tahun ini
akh, untuk ini
aku tak habis pikir
mengapa mereka itu
takut senasib denganmu
padahal engkau mati syahid berganda
Wahai, syuhada haji yang berbaring dian
Di kilometer 24 Landasan Ulin
Tahukah engkau
Aku tidak seperti mereka
Aku iri dengan nasibmu
Tapi malang
Aku tak bisa berangkat
Tahun ini
Karena panen padi terlambat
Dan *kenop satu lima
*kenop satu lima : kebijakan 15 November 1978
Kebijakan ekonomi yang dikeluarkan
oleh pemerintah orde baru ketika itu
Tajuddin Noor Ganie
DOA SEORANG AYAH
Wahai, anak-anakku
Usiamu tergantung bakatmu
Bila bakatmu anak saleh
Usiamu akan panjang
Tapi, bila bakatmu malinkundang
Usiamu akan sependek kembang
Ayah telah berdoa anakku
Tuhan,
Cabutlah sedini mungkin roh anakku
Bila dalam tatap-Mu
ia bakal jadi anak durhaka
Amin
Tajuddin Noor Ganie
DOAKU
Tuhan,
Jangan ambil nyawaku
Sebelum
Kukembangkan ilmuku
Secara selektif
Sebelum
Kupunya amal jariah
Yang banyak
Sebelum
Kupunya anak yang saleh
Amien
Tajuddin Noor Ganie
PERPISAHAN
Selama mata masih mengerdip
Perpisahan adalah tahap awal
Menuju pertemuan
Tajuddin Noor Ganie
KEPADA HASANUDDIN HM
Dar
Dadamu
darah
Kau
kena kejang
Indonesia
*ingar
Darahmu
Terbuka
tumpah
Mengurai masai
Jadi
jala
Meleleh
mengeristal
Jadi
jarum
Jadi jala
muda-mudi
menyatu
tuntut
turun tirani
atau
aksi ajal
Jadi
jarum
Dada-dada
dobrak
Tolak
tritura
Atau
aksi ajal
Pahlawan
Kini
kami
Di
pusara
Khususk
kudus
Mematri
tekad
Lanjutkan
jihad
Tajuddin Noor Ganie
IDUL ADHA
Untunglah,
‘tika Ibrahim
penuhi firman-Nya
Ismail diganti domba
Jika tidak
Ada kemungkinan
Idul Adha lusa
Beta dikorbankan
Ayah beta
Tajuddin
Noor Ganie
BANJARMASIN
Banjarmasin,
Meskipun
di bulatan peta kau cuma noktah
Menyebut
namamu : baju zirahku membesar
Banjarmasin,
Engkaulah
saksi gerhana tanpa benang itu
Engkaulah
saksi hijrahku yang awal
Banjarmasin,.
Di
bulatan noktahmu yang asin
Larut
seribu liuk hidupku
Tajuddin Noor Ganie
AIR
Air mengingatkanku pada wajah penyakit mata
Air mengingatkanku pada masjid tempat mencuci dosa
Tajuddin Noor Ganie
KEBAKARAN
Langit hitam tiba-tiba jingga
Dibias api menganga
Kita yang membulat di jauh jarak
Jangan jadi lelatu yang terbang
Tak hirau pada seribu isak
Meskipun jauh terpisah jarak
Fardhumu tak sebatas dongak
Tajuddin Noor Ganie
MATA
Ketika suara
Jadi raja kilat
Sadarlah beta
Pada cepatnya
Mata menggapai
Mata sudah gapai bulan
Ketika Adam
Belajar tengadah
Tajuddin Noor Ganie
SIBUK
Anakku,
kesibukan memaksaku
Mengajari kepalsuan
Untuk bibir mungilmu
Tak lagi kubuka dadaku
Tengoklah, di kirimu
Ada Inem sedang
Mengaduk-aduk susumu
Tajuddin Noor Ganie
JANTUNGKU DITIKAM MALAM-MALAM
malam-malam jantungku ditikam dalam-dalam
bisik-bisik mereka menuba cuaca, kusam-kusam
penyair-penyair melasso bulan dengan tali jemuran
Tajuddin Noor Ganie
SAJAK TENTANG
RAJAH TANGAN
SEORANG PAHLAWAN
(Kepada Pahlawan Ampera Hasanuddin HM)
di masa negeri ini di paruh matahari
segala cuaca terbuka bagi gugurnya bunga
ketika itulah ruang dan waktu penuh api
dan engkau pahlawan tersungkur dekat asal suara
pahlawan, keharuman rajah tanganmu
tak terikat pada cuaca musim bunga
karena keharuman itu tak hanya terpeta pada pusaramu
tapi juga terpeta pada bentangan udara terbuka
Tajuddin Noor Ganie
KEPADA ORANG
TUAKU
Ayahku, ibuku
hidupmu
adalah bahu
tempat
pisau menyatu
Akan
tiba masanya
pisau
cabut satu-satu
dan
engkau ayahku
dan
engkau ibuku
kesepian
menanti
maut
menjemputmu
Tajuddin Noor Ganie
ARUS
Ikut
arus
Melawan
arus
Atau
di tepi arus
Ikut arus
Ikut mengalir
Ikut asin
Melawan
arus
Menanti
nasib musykil
Hanyut
seperti sabut
Di tepi arus
Hambar dari
Mata ke hati
Tajuddin Noor Ganie
GERHANA
Menjelang
gerhana ada rinai gerimis
Rambutnya
berembun rambutmu sedia kala
Ketika gerhana
Cahaya redup
Angin mati
Aku tengadah
Setelah
gerhana kau menanti jerit
Aku mencari bisik dia tak peduli
Tajuddin Noor Ganie
MENGARAK BATU
SETUMPUK-SETUMPUK
Di sini, jangan cari tempat mengetuk
Tak
ada pintu sebelum tanah terbujuk
Bila
tanah terbujuk tapi batu merajuk
Berduyunlah
ke sungai tanpa tepuk
Mengarak
batu setumpuk-setumpuk
Tajuddin Noor Ganie
GELAP BEGITU
GENAP MELIPUTMU
Malam-malam
perahuku melepas deru
Mataku
dan gelap saling seteru
Merebut
kedip lampu di perahumu
Meskipun mataku
ngilu
Matamu tak juga
terbuku
Gelap begitu genap
meliputmu
Malam-malam
perahuku melepas deru
Mataku
ngilu merebut kedip lampu di perahumu
Kita
sesungai tapi terpisah buku
Tajuddin Noor Ganie
ODA BUAT ABANG
BECAK
Dengan menutup mulut jembatan ini
Kalian
sepertinya tengah membentang garis
Semakin
tersumbat semakin pekat
Dan
mereka yang lamur dalam gegas
Terpana,
ternganga, melihat
Rajah
tanganmu abang becak
(Tiba-tiba
ada
yang
meretas jalan)
Kalian
bubar jembatan terbatuk
Mereka
kembali lamur kembali bergegas
Akh,
garis tadi tak juga pucat
Tajuddin
Noor Ganie
AKULAH
BUIH LAUT
Akulah buih laut yang
tersesat
ke langit
Ketika
mencari
jalan
pulang ke hulu
Tajuddin Noor Ganie
GADA DI BALIK
KATA
Buat Maman S. Tawie
Ketika
kita tak berani masuk
Aku
sesumbar kata masih ampuh
Ya,
ampuh. ujarmu mengangguk
(di
rumah soal tadi
tiba-tiba
mengusikku)
Kita
takut pada kata?
Atau
kita takut
Pada
gada di balik kata?
Akhirnya kubilang pada dunia
Kata
tak ampuh tanpa gada!
Banjarmasin,
080582
Tajuddin Noor Ganie
SUNGAI
Membuka peta
melihat
sungai
terjepit.
Malang
setelah
seribu luk
dia
tiba muara
tapi
tak lagi perawan
Tajuddin Noor Ganie
RENUNGAN
PERJALANAN
Mestinya matahari mempermudah perjalanan kita
Tak
ada gelap tak lagi gagap mencari jejak
Akh,
pamrih telah melingkarkan kerepotan itu
Dan
malang, kita terjebak tepat di tengah abjad
Sambil
meniup puput, aku terkenang
Syaidina
Ali yang meronda negeri sendiri dini hari
Betapa
khusuknya perjalanan
Tanpa
mencari bulu tangan
Tajuddin Noor Ganie
IN MEMORIAM
Dia datang engkau pergi
Segalanya
selesai, kecuali
Hijau,
hijau,hijau, ujarnya
Menjelang gerhana ada rinai gerimis
Rambutnya
berembun rambutmu sedia kala
Dia datang
Engkau pergi
Selamat jalan
Tajuddin Noor Ganie
AKU KAKU MEMAHAMI
BISU BINTANG
Perpisahan
kita bukanlah perpisahan
Antara
nisan dengan makna tangisan
Tapi
adalah perpisahan tanda zaman
Kau
bertahan di persimpangan
Dan
aku kaku memahami bisu bintang
Tajuddin Noor Ganie
DI MUARA SILAU
KITA BERSITATAP LAGI
Di muara silau kita bersitatap lagi
Untukmu
ujarmu, aku tak sempat menggangguk
Sepercik air tiba-tiba melompat mengasini
Rajah
tanganmu di-*bulu tangan-ku
Perjalanan
masih jauh dan kita tergesa
*bulu
tangan : judul antologi puisi Tajuddin Noor
Ganie
Tajuddin Noor Ganie
LAUTAN
MANIK-MANIK
Lautan manik-manik telah mengepung kota
Dedaunan
memutih, bebatuan berubah warna
Sungai,
burung, dan serangga
telah
kehilangan arah
Tersesat
dalam ujaran arwah
Tajuddin Noor Ganie
SEJAK LAMA SUNGAI
TERSIKSA
DIJAJAH
BAYANG-BAYANG MELINTANG
Sejak
lama sungai-sungai tersiksa
Dijajah
bayang-bayang melintang
Segala
yang melintang, meski berupa bayang
Adalah
siksaan, teriak sungai berulang-ulang
Matahari
mengigil mendengar keluhan sungai
(ia
teringat sesuatu)
akulah
yang memperjelas bayang melintang
Sejak
lama sungai-sungai tersiksa
Dijajah
bayang-bayang melintang
Akulah yang menyiksa sungai
Teriak
matahari berulang-ulang
Aku
ingin menolongmu, tapi aku
Tak
bisa menangis sepanjang siang
Tajuddin Noor Ganie
KEMANA KUCARI
LAMPU PADAM
Kekasihku,
harum melati
Hampir
tanggal di sini
Ketika
*Sarpakenaka
amuk
menyebar bau gerhana
untunglah,
raut rupamu
tak
kenal waktu menghadapku
akh,
bila harum melati
tanggal
di sini, ke mana
kucari
lampu padam
*Sarpakenaka
: nama wayang, seorang raksasi, adik Dasamuka
Tajuddin Noor Ganie
KITA TAK TAHU
MAKNA PERAHU TERPAKU
KECUALI ANGIN
MATI DAN LAUT BEKU
(Kepada Pangeran
Surianata)
Menjelang
muara, perahu terpaku
Hanya
itu, selebihnya puisi palsu
Kau
tak tahu makna perahu terpaku
Kecuali,
angin mati dan laut beku
Kau
tak tahu, semua lakon
Telah
digarap diam-diam
Di
bawah perahu
Menjelang
muara, perahu terpaku
Sudah
itu kau menjadi pelaku
Kau
lakoni peran, karena kau
Tak
tahu makna perahu terpaku
Tajuddin Noor Ganie
KEJAUHAN JUALAH
YANG
MENGUBAH BAYANG
BINTANG
Angin yang bertiup di sini
Mengingatkan
aku pada buih laut
Di
pantai seberang
Lamat-lamat
kudengar bisik angin
Ayolah
siasati perahu
Lupakan
buih bisu
Sudah
itu, ada yang raib di sini
Dan
kini kubela diri dengan puisi
Kejauhan
jualah yang
mengubah
bayang bintang
Tajuddin
Noor Ganie
DATANGLAH KE
NEGERI SERIBU SUNGAI
1
Datanglah
ke negeri seribu sungai
Pintu gerbang telah
dibuka lebar
2
Datanglah
ke Kotamadya Banjarmasin
Pintu
gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para
penari baksa kambang telah disiapkan
menyambut
kedatangan para wisatawan
Di
kota Banjarmasin
Melihat
pasar terapung Muara Kuin
I’tikaf
di Masjid Raya Sabilal Muhtadin
atau
ziarah ke makam Sultan Suriansyah
Raja
Muslim pendiri kota Banjarmasin
Datanglah
ke Kotamadya Banjarmasin
Pintu
gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para penyair telah siap membacakan puisi rakyat
pantun,
syair, madihin, lamut, dan puisi sufi
Di
kota Banjarmasin
Setahun
sekali, mencicipi aneka jenis kue dan
masakan
khas etnis Banjar yang diperjual-belikan orang di Pasar Wadai
Ramadhan
Pasar
khas yang cuma dibuka pada setiap bulan puasa
3
Datanglah
ke Kabupaten Barito Kuala
Pintu
gerbang di sungai Barito telah dibuka lebar
Para
penyanyi folksong telah siap
menyanyikan
lagu-lagu rantauan
Dari
kota Marabahan
Menyusuri
sungai Barito
Singgah
di pulau Kembang bercengkrema dengan kera-kera jinak
Atau
ke pulau Kaget mengintip kehidupan Bekantan liar
Menyusuri
sungai Barito
menikmati
pemandangan rumah lanting
rakitan
kayu gelondongan dan
cerobong
asap pabrik kayu lapis
4
Datanglah
ke Kotif Banjarbaru
Pintu
gerbang di sungai Basar telah dibuka lebar
Para
penari japin sisit telah disiapkan
Menyambut
kedatangan para wisatawan
Dari
kota Banjarbaru
Mengunjungi
Museum Negeri Lambung Mangkurat mengamati benda-benda seni bernilai
sejarah
atau
mengamati benda-benda budaya suku bangsa setempat
5.
Datanglah
ke Kabupaten Banjar
Pintu
gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para
pemain musik kintung telah siap melantunkan irama dinamis penggugah
semangat kerja
Di
desa kecil Sarang Tiung
Menyaksikan
para pendulang intan
Mengadu
nasib mencari butiran intan
Di
balik batu-batu gunung bertimbun
Datanglah
ke Kabupaten Banjar
Pintu
gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para
penari Kenanga Dalam telah disiapkan
Menyambut
kedatangan para wisatawan
Di
kota Martapura
Menyaksikan
para penggosok intan tradisional
Mengolah
intan mentah jadi berlian berkilauan
Kemudian
singgah ke toko-toko permata
Mengamati
batu-batu mulia dalam pajangan lemari kaca
Datanglah
ke Kabupaten Banjar
Pintu
gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para
pemain musik kintung telah siap melantunkan musik-musik manis
penggugah hasrat berdendang
Di
desa kecil Kalampaian, ziarah ke makam wali Allah
Syeikh
Muhammad Arsyad al Banjari yang keramat
Pengarang
kitab Sabilal Muhtadin yang terkenal
Di
sini khusuk tafakur merenungkan jatidiri
Mengenangkan
jasa-jasa aulia sambil mendoakannya
Semoga
arwah beliau selalu tenteram di sisi-Nya
6
Datanglah
ke Kabupaten Tapin
Pintu
gerbang di sungai Tapin telah dibuka lebar
Para
teater mamanda telah disiapkan
Menyambut
kedatangan para wisatawan
Di
kota kecil Binuang mencicipi rimpi
Pisang
yang diselai dengan sinar matahari
atau
berkunjung ke gua Batu Hapu
mengamati
stalagtit stalagmitnya
Datanglah
ke Kabupaten Tapin
Pintu
gerbang di sungai Tapin telah dibuka lebar
Para
penari gandut telah disiapkan
Menyambut
kedatangan para wisatawan
Di
kota kecil Margasari
menyaksikan
batu-batu bekas bangunan candi Laras
Candi
Budha yang dulu dibangun oleh Maharaja Sekar Sungsang
Setelah
itu menyaksikan warga setempat menganyam rotan di langkan
7.
Datanglah
ke Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Pintu
gerbang di sungai Amandit telah dibuka lebar
Para
penyanyi folksong telah siap
menyanyikan
lagu-lagu Paris Tangkawang
Di
kota Kandangan mencicipi ketupat
Setelah
itu berjalan kaki ke Loksado
Mengunjungi
suku Bukit yang masih primitif
Pulangnya
naik rakit menyusuri sungai Amandit
Datanglah
ke Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Pintu
gerbang di sungai Amandit telah dibuka lebar
Para
pemain musik kurung-kurung telah siap
Melantunkan
bunyi-bunyi mistis penggiriang tarian sakral
Di
desa Loksado mengamati
aruh
ganal pada setiap habis panen
atau
menguji daya tahan fisik dan psikis
Mengarungi
jeram-jeram di sepanjang sungai Amandit
8.
Datanglah
ke Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Pintu
gerbang di sungai Alai telah dibuka lebar
Para
penyanyi folksong telah siap menyanyikan
lagu-lagu
Lalan yang mengundang hasrat berdendang
Di
kota Barabai mencicipi kue apam
Setelah
itu mendaki bukit Pagat
Gugusan
batu gunung yang bentuknya mirip perahu
Itulah
konon perahu Raden Penganten yang dikutuk jadi batu
Lantaran
durhaka pada sang ibu
Datanglah
ke Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Pintu
gerbang di sungai Alai telah dibuka lebar
Para
dalang dan penari topeng telah disiapkan
Menyambut
kedatangan para wisatawan
Di
desa Barikin, setahun sekali pada bulan Shafar
Warga
setempat membersihkan desa
dengan
ritus Manyanggar Banua
Sambil
membakar dupa mereka membaca mantra-mantra
Setelah
itu mereka trance, menari-nari
sambil
memanggil-manggil nama arwah para leluhur
Mereka
arak seperangkat sajen kepala kambing dan kue ketan
Lalu
histeris memanggil Datu Barikin yang perkasa
9.
Datanglah
ke Kabupaten Hulu Sungai Utara
Pintu
gerbang di sungai Balangan telah dibuka lebar
Para
penari kuda gipang seba telah disiapkan
Menyambut
kedatangan para wisatawan
Di
kota Amuntai, mengunjungi situs candi Agung
Candi
Hindu yang dulu dibangun oleh Empu Jatmika yang perkasa
Setelah
itu naik kelotok ke danau Panggang menyaksikan kerbau kalang
atau
mengunjungi kota kecil Alabio yang terkenal dengan itik unggulnya
10
Datanglah
ke Kabupaten Tabalong
Pintu
gerbang di sungai Tabalong telah dibuka lebar
Para
penari bangsai bakanjaran telah disiapkan
Menyambut
kedatangan para wisatawan
Di
kota Tanjung
Menyaksikan
penambangan minyak di Sumur Kili
Setelah
itu naik ojek ke desa Warukin
Mengunjungi
suku Dayak yang berumah di bukit-bukit
11
Datanglah
ke Kabupaten Tanah Laut
Pintu
gerbang di sungai Maluka telah dibuka lebar
Para
penari simbangan burung laut telah disiapkan
Menyambut
kedatangan para wisatawan
Di
kota Pelaihari, memandang hijaunya
kebun
tebu di sepanjang kaki bukit
Setelah
itu menikmati keindahan pantai Batakan
Lalu
mengunjungi benteng Tabonio
12
Datanglah
ke Kabupaten Kotabaru
Pintu
gerbang di sungai Satui telah dibuka lebar
Para
penari burung tarabang telah disiapkan
Menyambut
kedatangan para wisatawan
Di
Kotabaru, mencicipi seafood
Setelah
itu bertualang menyusuri gua tamu luang
atau
bersemedi di gua Sugung yang sepi di tengah hutan
kemudian
mengemudikan layar ke pulau Sabuku
Datanglah
ke Kabupaten Kotabaru
Pintu
gerbang di sungai Satui telah dibuka lebar
Para
penari Masukkiri telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan
Di
pantai Pagatan, setahun sekali
Mengikuti
keramaian Mappanre Tasi
Upacara
adat nelayan Bugis
Memberi
makan laut dan makan bersama di laut
13
Datanglah
ke negeri seribu sungai
Pintu
gerbang telah dibuka lebar
Tajuddin
Noor Ganie
DI
TANAH KOREA
AKU TERKENANG TANAH BANJAR
Di
Tanah Korea aku tergoda
Puncak
gunung Paek-du san
yang
tinggi menjulang mencapai awan
dan
sungai Yalu yang meliuk-liuk
di
pinggang-pinggang pegunungan
Angin
musim gugur yang melintas pelan-pelan
di
pucuk-pucuk pagoda dan pohon-pohon cemara
diam-diam
menaburkan harum bunga
dari
puncak gunung Paek-du san di hulu
sampai
ke tiang-tiang layar di pelabuhan Pusan di hilir
Musim
gugur di puncak gunung Paek-du San
aku
terkenang Meratus, dataran tinggi Tanah Banjar
yang
memanjang dari Tabalong di hulu
hingga
ke Kotabaru di hilir
Musim
gugur di puncak gunung Paek-du San
aku
terkenang Meratus di musim kemarau
Musim
kemarau di Meratus
musim
paling sibuk bagi para petani di desa-desa
musim
kemarau di Meratus
musim
piknik ke desa-desa bagi muda-mudi kota
Musim
kemarau di Meratus
angkasa
lebih biru dari yang biru
udara
berubah menjadi anggur yang memabukkan
pegunungan
menjadi lebih hidup
dengan
warna kuning gemerlapan
dan
warna-warna merah semarak bunga-bunga hutan
Musim
kemarau di Meratus
musim
panen bagi petani di desa-desa
musim
kemarau di Meratus
musim
pesta bagi muda-mudi di kota
Di
Tanah Korea aku tergoda
oleh
rumah-rumah beratap jerami
di
kota Suwon, di sini aku betah berlama-lama
menghabiskan
musim semi yang indah
Musim
semi di Tanah Korea
musim
bunga cherry bermekaran di pulau Cheju-do
padang
rumputan yang menghijau di tepi danau
tampak
semarak dengan kelepak sayap
burung-burung
pindahan yang singgah berbiak
sebelum
pergi ke Cina dan Siberia
Musim
semi di kota Suwon
aku
terkenang Meratus
Musim
semi di kota Cheju-do
aku
terkenang Meratus
Meratus,
tempat berhulu sungai Amandit
Meratus,
tempat berhulu sungai Barabai
Meratus,
tempat berhulu sungai Martapura
Meratus,
tempat berhulu seribu sungai lainnya
Musim
semi di kota Suwon
aku
terkenang musim hujan di Meratus
Musim
semi di kota Cheju-do
aku
terkenang musim hujan di Meratus
Musim
hujan di Meratus
musim
tenang bagi petani
musim
hujan di Meratus
musim
menikmati hasil panen
musim
hujan di Meratus
musim
menulis puisi bagi penyair
musim
hujan di Meratus
musim
bercinta bagi pengantin baru
Di Tanah Korea, aku terkenang Tanah Banjar
di puncak gunung Paek-dusan
aku terkenang Meratus
di kota Suwon aku terkenang Meratus
di kota Che-ju do aku terkenang Meratus
Dari Tanah Korea
aku berseru : jangan obok-obok Meratus!
Banjarmasin, Hari Bumi, 22 April 2000
Tajuddin Noor
Ganie
PERANG BANJAR
1596
Cornelis de Houtman
seorang
nakhoda Belanda
tiba
di Banten mencari lada di pasar bebas
Tapi,
gulden Belanda tak laku di Banten
Tak
ada pedagang lada
yang
mau berdagang dengan mereka
Cornelis
de Houtman menjadi murka karenanya.
Kalau begitu, kita rampok saja lada mereka!
Malam,
ketika bulan sabit
menyipit
di langit Banten
Anak
buah Cornelis de Houtman
menyerbu
masuk ke sebuah kapal besar
yang
sarat dengan muatan lada
Pemiliknya,
seorang saudagar Banjar
tak
bisa berbuat apa-apa
kecuali
mengelus dada
menerima
nasib yang buruk.
7
Juni 1607
Koopman
Cillis Michelszoon
nakhoda
Belanda yang lain
tanpa
singgah di Banten
langsung
datang ke Banjarmasin.
Aku,
Koopman Cillis Michelszoon
datang
ke mari sebagai pedagang
Aku
orang Belanda
tapi
bukan Cornelis de Houtman
Aku
bukan perampok
Aku
datang ke Banjarmasin
ingin
berdagang dengan semangat
saling
menguntungkan
Anak
saudagar Banjar yang dulu
menjadi
korban perampokan
Cornelis
de Houtman
juga
datang ke pelabuhan
menyambut
mesra kedatangan
Koopman
Cillis Michelszoon.
Selamat
datang di Tanah Banjar
Kisah
lama yang kusam
sudah
lama aku lupakan”
Tapi,
entah bagaimana cerita persisnya
Setelah
mereka bersukaria
semalam
suntuk bercandaria
Besok
pagi terbetik berita
Koopman
Cillis Michelszoon
dan
semua awak kapalnya
tewas
terbunuh bergelimpangan
sebagai
korban pembunuhan.
1612
Subuh
ketika bulan sabit
mengintip
di langit Tanah Banjar
kapal
perang Belanda tiba-tiba merapat
ke
pulau Kembang, Dari kejauhan mereka
menembaki
para pedagang
di
pasar terapung muara Kuin
Para
pedagang kocar-kacir dibuatnya.
1626
Lada
yang panas membuat Belanda tak kenal jera
Kali
ini mereka datang dengan kapal Doon
Aneh
tapi nyata, niaga lada
kali
ini berlangsung mulus
tak
ada pistol meletus
tak
ada mandau terhunus.
1634
Siang,
ketika matahari
mengelupas
kulit ari.
Coysbert
van Loudestega
datang
membawa armada Belanda
Kali
ini mereka datang bukan untuk berdagang
tapi
untuk mendiktekan kehendak berkuasa
atas
monopoli perdagangan lada.
1635
Suksesi
yang ricuh di Kerajaan Banjar
memberi
peluang bagi masuknya
pengaruh
Belanda dalam kancah politik
antarbangsawan
Banjar
Ketika
yang menang adalah raja Banjar
yang
dibantu Belanda, maka terbukalah jalan
untuk
menjajah Tanah Banjar.
Diplomasi
hutang budi yang mencuat
dalam
kemelut yang disulut intrik politik
pecah
belah dan hancurkan
membuat
raja Banjar yang dibantu Belanda
tak
kuasa menolak apapun kehendak
yang
didiktekan Belanda.
Mula-mula
monopoli perdagangan lada
lalu
erakan kerja paksa membangun jalan raya
dan
yang paling celaka Belanda
akhirnya
juga bisa mendiktekan suksesi.
1
November 1857
Sultan
Adam yang mangkat
meninggalkan
wasiat keramat
bahwa
cucunya Pangeran Hidayatullah
harus
dirajakan
Tapi
Belanda tak pernah peduli pada
wasiat
keramat dan kehendak rakyat.
3
November 1857
Residen
Belanda dengan paksa
menobatkan
raja boneka Pangeran Tamjid Dillah.
Pangeran
Antasari, seorang bangsawan Banjar
tubuhnya
gemetar menahan marah.
Ini
penghinaan yang tiada tara
bagi
kedaulatan Kerajaan Banjar
Orang
Belanda sudah terlalu jauh
ikut
campur dalam urusan pribadi tanah air kita
Suka
atau tidak suka,
masalah
suksesi adalah hak
yang
paling pribadi dari seorang Raja Banjar
Pangeran
Hidayatullah harus dirajakan
barang
siapa berani melanggar wasiat itu
terkutuklah
dia tujuh turunan.
Hai,
rakyat Banjar yang cinta
dan
setia pada tanah air tercinta
Ikutlah
bersamaku dalam
barisan
perang melawan penjajah Belanda
Kita
bentuk barisan jihad fii sabilillah
Kita
usir Belanda dari Tanah Banjar tercinta.
28
April 1859
Pecahlah
Perang Banjar yang dahsyad itu
Seruan
jihad Pangeran Antasari
bergema
ke mana-mana
disambut
di mana-mana
Bergema di Banua Ampat
disambut
Temenggung Jalil
Bergema
di Margasari
disambut
Aling dan Sambang
Dari
Margasari mereka berjalan kaki
menyerbu
Gunung Jabuk
perkebunan
karet milik Belanda.
Bergema
di Amandit
disambut
Temenggung Antaluddin
dan
Panglima Cakrawati
Dari
Amandit mereka
berjalan
kaki menuju Tambai
menggempur
habis pasukan Belanda
yang
berjaga di sana.
Bergema
di Tanah Laut
disambut
Haji Buyasin dan Pembekal Bungur
Di
sini mereka menyerbu masuk ke Benteng Tabonio.
Bergema
di Tanah Barito
disambut
Temenggung Surapati
Di
Lontotur mereka berjaya
mencegat
kapal Onrust Belanda
Semua
awak kapalnya dibantai
dan
kapalnya ditenggelamkan
ke
dasar sungai Barito.
Bergema
di Tanah Kahayan
disambut
Mangkusari
Bergema
di Tanah Kapuas
disambut
Singapati
Perang
Banjar
Perang
yang dahsyad
Haram
manyarah
Pantang
mundur
Waja
sampai ka puting
Perang
Banjar
Perang
yang dahsyad
Haram
manyarah
Kukuh
teguh hingga merdeka
Waja
sampai ka putting
Tajuddin
Noor Ganie
BANYAK BICARA
BANYAK
BERKATA-KATA
Memang
ada pepatah
Atau
petuah lama
Yang
melarang kita
Banyak
bicara
Banyak
berkata-kata
Diam
itu emas
Banyak
mulut badan binasa
Sedikit
bicara banyak kerja
Tapi,
mungkinkah kita
Tidak
banyak bicara
Tidak
banyak berkata-kata
Jika
kita bukan maling
Bukan
koruptor
Yang
harus harus bekerja
Tanpa
banyak bicara
Tanpa
banyak berkata-kata
Kita
harus banyak bicara
Banyak
berkata-kata
Jika
kita seorang anggota DPR,
Dosen
ulama, hakim, jaksa
Sastrawan,
widyaiswara
Atau
penjual obat di kaki lima
Memang
banyak orang celaka
Gara-gara
banyak bicara
Banyak
berkata-kata
Sri
Bintang Pamungkas
Budiman
Sudjatmiko
Masuk
penjara
Gara-gara
banyak bicara
Banyak
berkata-kata
Memang
sudah banyak
darah
mengalir
Air
mata tertumpah
Gara-gara
ada orang
Banyak
bicara
Banyak
berkata-kata
Di
forum bisik-bisik
Atau
di tengah-tengah
Kerusuhan
massa
Yang
bersifat SARA
Tapi
bagaimana kita
Tidak
banyak bicara
Tidak
banyak berkata-kata
Jika
kemahiran berbicara
Dan
berkata-kata
Adalah
sumber nafkah
Kita
yang utama
Pengacara,
guru, sarjana,
Wartawan,
penyiar, atau
Para
bintang iklan di layar kaca
Tak
mungkin dilarang bicara
Dilarang
berkata-kata
Karena
mereka memang hidup
Dari
kemahiran berbicara
Dan
berkata-kata
Memang
banyak yang diuntungkan
Dengan
tidak banyak bicara
Tidak
banyak berkata-kata
Anggota
DPR yang 5D
Sangat
menikmati kebiasaan ini
Mereka
konon cuma datang, duduk
Dengar,
diam, dan duit
Mereka
tidak merasa perlu
Banyak
bicara
Banyak
berkata-kata
Tidak
perlu vokal
Untuk
apa kata mereka?
Nanti malah direcal seperti
Bambang
Warih Koesoema
Hingga
hilang sumber nafkah
Berjuta-juta
rupiah
Rugi
besar! kata merekla
Tapi jika harus bicara juga
Jika
harus berkata-kata juga
Mereka
akan bicara
Akan
berkata-kata
Dengan
kata-kata yang sama
Yang
sudah dihafal di luar kepala
Yayayaya!,
atau setuju!
Memang lebih aman
Membentuk
vokal group seperti itu
Daripada
vokal sendirian
Nanti
malah direcal sendirian
Jadi
korban sendirian
Seperti
bertepuk tangan
Berkata-kata
tidak boleh
Dilakukan
sendirian
Nanti
malah dikira
Orang
gila
Berkata-kata
tidak boleh sepihak
Dari
atas ke bawah
Itu
bukan dialog
Itu
instruksi atau
Bahkan
intimidasi
Berbcara
dan berkata-kata
Tidak
boleh sepihak
Dari
bawah ke atas
Itu
bukan dialog
Tapi
gossip, fitnah, protes,
Grafiti,
selebaran gelap
Atau
bahkan anarki
Itu…
bahaya!!!!!!!!!!!
Tajuddin Noor Ganie
ZIKIR PANCAINDRA
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Sungai-sungai yang
airnya mengalir
dari balik bebatuan
di kaki-kaki bukit rimbun
kata orang bermuara di lautan lepas
padahal air
sungai-sungai itu
bermuara di ujung
lidah-lidah kita
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Kayu-kayu
gelondongan yang milir
di sungai-sungai
yang gelisah
kata orang bermuara
di lidah-lidah
mesin-mesin pencacah
kayu-kayu belah bergetah
padahal, penebangan
pohon-pohon
di kaki-kaki bukit
rimbun
akhirnya membuat
angin
yang bertapa di
gurun-gurun
leluasa menerbangkan
duri-duri pasir
ke ruang-ruang
semesta
lalu
menebar-nebarkannya
ke kelopak mata kita
yang rabun senja
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Bunyi mesin yang
menderu-deru
di pabrik-pabrik
kayu lapis
kata orang
mengembara
mengikuti arah angin
ke segenap semesta
padahal, deru
mesin-mesin yang gemuruh itu
akhirnya melaju dan
masuk ke dalam
gendang-gendang
telinga kita
lalu dengan leluasa
mendendangkan
lagu-lagu hewaniah
di sana
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Asap hitam yang
mengepul-ngepul
di cerobong-cerobong
pabrik kayu lapis
kata orang
mengembara
ke balik-balik awan
nun jauh di sana
padahal, asap hitam
yang mengepul-ngepul itu
tidak pergi ke
mana-mana
ia cuma
melayang-layang sejenak
kemudian turun ke
bumi
dan menyusup
diam-diam
ke dalam paru-paru
kita
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Limbah pabrik kayu
lapis
atau sampah-sampah
rumah tangga
yang kita tumpahkan
tanpa rasa bersalah
ke sungai-sungai
yang mengalir gelisah
kata orang menguap
jadi makanan lelumutan
padahal warnanya
yang pasi
diam-diam menyusup
masuk ke dalam pori-pori
dan kemudian
bergerak leluasa
mencari mangsa di
kulit jangat kita
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Banjarmasin, 7 Mei
1991
Tajuddin Noor Ganie
ZIKIR TANAH WARISAN
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Bayang-bayang siapa
yang memekat
membuat pelangi
pucat di langit barat
sungai terguguk
mengidap rabuk lumut
air asinnya
mengombak gugup ke laut
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Kupanggil angin,
angin bisu
Kupanggil burung,
burung bisu
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Lalu, bayang-bayang
siapa yang menghitam
menghambur-hamburkan
bubuk racun
di tanah warisan ini
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Malam ini bulan
mestinya menata langit
menata kilau
bintang, menjaga tanah warisan
dari amukan hujan
dari amukan badai
tapi kenapa bulan
pucat pasi?
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Kupanggil angin,
angin bisu
Kupanggil burung,
burung bisu
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Lalu, bayang-bayang
siapa yang menghitam
menghambur-hambur
bubuk racun
di tanah warisan ini
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Akh, bila isyaratku
tak disahut angin
tak disahut burung
kutadahkan tangan ke
langit dan kupuji Tuhan
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Sampai rubuh
bersimpuh di
kaki-Nya
Yang Maha Kukuh
Allahhuakbar
Allahhuakbar
Allahhuakbar
Allah Maha Besar
Tajuddin
Noor Ganie
SETELAH MERDEKA
Setelah
merdeka
negeriku
semakin kaya raya
tapi
mengapa tidak semua orang
hidup
berkecukupan?
Mengapa
di kota-kota
masih
banyak kutemukan
orang-orang
estapa
orang-orang
bugil yang tengah
menanggungkan
beringas badai tak berbelas
Mengapa
di desa-desa
masih
banyak kutemukan orang-orang nestapa
orang-orang
tak berumah
yang
perutnya buncit
tapi
tak berisi nasi
Setelah
merdeka
negeriku
semakin kaya raya
tapi
mengapa tidak semua orang
hidup
berkecukupan?
Akh,
setelah merdeka
negeriku
cuma milik
para
pejabat korup
orang-orang
yang membangun kehormatan
dengan
memonopoli kekuasaan
Akh,
setelah merdeka
negeriku
cuma milik
para
pejabat korup
yang
kaya raya karena
berkuasa
secara semena-mena
Akh,
setelah merdeka
negeriku
cuma milik
para
konglomerat serakah
orang-orang
yang dipercaya
mengelola
monopoli ekonomi
oleh
para penguasa negeri ini
Akh,
setelah merdeka
negeriku
cuma milik
para
konglomerat serakah
orang-orang
yang kaya raya
karena
fasilitas penguasa
Setelah
merdeka
negeriku
semakin kaya raya
tapi
kekayaan itu bukan milik kami
buktinya,
hingga kini kami masih hidup
di
bawah garis kemiskinan
Setelah
merdeka
negeriku
semakin kaya raya
tapi
mengapa tidak semua orang
hidup
berkecukupan?
Karena
negeriku telah menjadi
milik
para pejabat korup
karena
negeriku telah menjadi
milik
para konglomerat serakah
Ya,
keduanya adalah komunitas
kelas
menengah atas
yang
saling berkolusi
mengatur
demokrasi politik
di
gedung dewan perwakilan rakyat
Setelah
merdeka
negeriku
semakin kaya raya
tapi
kekayaan itu bukan milik kami
buktinya
hingga kini kami masih hidup
di
bawah garis kemiskinan
Setelah
merdeka
negeriku
semakin kaya raya
tapi
mengapa tidak semua orang
hidup
berkecukupan?
Karena
negeriku telah menjadi
milik
para pejabat korup
karena
negeriku telah menjadi
milik
para konglomerat serakah
Ya,
keduanya adalah komunitas
kelas
menengah atas
yang
saling berkolusi
mengatur
demokrasi ekonomi
mengelola
hak monopoli
Ya,
setelah merdeka
negeriku
yang kaya raya
cuma
milik para pejabat korup
Ya,
setelah merdeka
negeriku
yang kaya raya
cuma
milik para konglomerat serakah
Hai
mereka
yang senasib denganku
mereka
yang hidup di bawah
garis
kemiskinan
hari
ini aku mengingatkan kalian
tentang
satu hal yang pincang
Para
pejabat korup
yang
berkuasa secara semena-mena
dan
para konglomerat serakah
yang
kaya raya tetapi tetap loba
adalah
musuh kita bersama
Orang-orang
itulah
yang
berkolusi mengelola
demokrasi
politik
hingga
kebebasan demokrasi kita
menjadi
teraniaya
orang-orang
itulah
yang
berkolusi mengelola
demokrasi
ekonomi
hingga
kehidupan ekonomi kita
menjadi
tidak merata
Mereka
yang berkuasa
semakin
berkuasa
Kita
sendiri yang tidak berkuasa
semakin
papa saja
Orang-orang
itulah
musuh
kita bersama
Ganyang!