Senin, 18 Juni 2012

ANTOLOGI PUISI TAJUDDIN NOOR GANIE


Tajuddin Noor Ganie

KABAR BUAT SYUHADA HAJI

YANG BERBARING DIAM

DI KILOMETER 24 LANDASAN ULIN

Wahai, syuhada haji yang berbaring diam

Di kilometer 24 Landasan Ulin

Tahukah engkau

Gara-gara musibah

Yang menimpamu dulu

Pesawat haji tahun ini

Tidak lagi singgah di Kolombo

Wahai, syuhada haji yang berbaring diam

Di kilometer 24 Landasan Ulin

Tahukah engkau

Gara-gara musibah

Yang menimpamu dulu

Animo naik haji

menurun tahun ini

akh, untuk ini

aku tak habis pikir

mengapa mereka itu

takut senasib denganmu

padahal engkau mati syahid berganda

Wahai, syuhada haji yang berbaring dian

Di kilometer 24 Landasan Ulin

Tahukah engkau

Aku tidak seperti mereka

Aku iri dengan nasibmu

Tapi malang

Aku tak bisa berangkat

Tahun ini

Karena panen padi terlambat

Dan *kenop satu lima

*kenop satu lima : kebijakan 15 November 1978

Kebijakan ekonomi yang dikeluarkan

oleh pemerintah orde baru ketika itu



Tajuddin Noor Ganie

DOA SEORANG AYAH

Wahai, anak-anakku

Usiamu tergantung bakatmu

Bila bakatmu anak saleh

Usiamu akan panjang

Tapi, bila bakatmu malinkundang

Usiamu akan sependek kembang

Ayah telah berdoa anakku

Tuhan,

Cabutlah sedini mungkin roh anakku

Bila dalam tatap-Mu

ia bakal jadi anak durhaka

Amin

Tajuddin Noor Ganie

DOAKU

Tuhan,

Jangan ambil nyawaku

Sebelum

Kukembangkan ilmuku

Secara selektif

Sebelum

Kupunya amal jariah

Yang banyak

Sebelum

Kupunya anak yang saleh

Amien

Tajuddin Noor Ganie

PERPISAHAN

Selama mata masih mengerdip

Perpisahan adalah tahap awal

Menuju pertemuan

Tajuddin Noor Ganie

KEPADA HASANUDDIN HM

Dar

Dadamu darah
Kau kena kejang
Indonesia *ingar

Darahmu
Terbuka tumpah

Mengurai masai

Jadi jala
Meleleh mengeristal
Jadi jarum

Jadi jala


muda-mudi menyatu
tuntut turun tirani
atau aksi ajal

Jadi jarum
Dada-dada dobrak
Tolak tritura
Atau aksi ajal
Pahlawan
Kini kami
Di pusara
Khususk kudus
Mematri tekad
Lanjutkan jihad



Tajuddin Noor Ganie

IDUL ADHA

Untunglah,

tika Ibrahim

penuhi firman-Nya

Ismail diganti domba

Jika tidak

Ada kemungkinan

Idul Adha lusa

Beta dikorbankan

Ayah beta




Tajuddin Noor Ganie

BANJARMASIN

Banjarmasin,
Meskipun di bulatan peta kau cuma noktah
Menyebut namamu : baju zirahku membesar
Banjarmasin,
Engkaulah saksi gerhana tanpa benang itu
Engkaulah saksi hijrahku yang awal
Banjarmasin,.
Di bulatan noktahmu yang asin
Larut seribu liuk hidupku

Tajuddin Noor Ganie

AIR

Air mengingatkanku pada wajah penyakit mata

Air mengingatkanku pada masjid tempat mencuci dosa



Tajuddin Noor Ganie

KEBAKARAN

Langit hitam tiba-tiba jingga

Dibias api menganga

Kita yang membulat di jauh jarak

Jangan jadi lelatu yang terbang

Tak hirau pada seribu isak

Meskipun jauh terpisah jarak

Fardhumu tak sebatas dongak


Tajuddin Noor Ganie

MATA

Ketika suara

Jadi raja kilat

Sadarlah beta

Pada cepatnya

Mata menggapai

Mata sudah gapai bulan

Ketika Adam

Belajar tengadah



Tajuddin Noor Ganie

SIBUK

Anakku,

kesibukan memaksaku

Mengajari kepalsuan

Untuk bibir mungilmu

Tak lagi kubuka dadaku

Tengoklah, di kirimu

Ada Inem sedang

Mengaduk-aduk susumu



Tajuddin Noor Ganie

JANTUNGKU DITIKAM MALAM-MALAM

malam-malam jantungku ditikam dalam-dalam

bisik-bisik mereka menuba cuaca, kusam-kusam

penyair-penyair melasso bulan dengan tali jemuran


Tajuddin Noor Ganie

SAJAK TENTANG

RAJAH TANGAN

SEORANG PAHLAWAN

(Kepada Pahlawan Ampera Hasanuddin HM)

di masa negeri ini di paruh matahari

segala cuaca terbuka bagi gugurnya bunga

ketika itulah ruang dan waktu penuh api

dan engkau pahlawan tersungkur dekat asal suara

pahlawan, keharuman rajah tanganmu

tak terikat pada cuaca musim bunga

karena keharuman itu tak hanya terpeta pada pusaramu

tapi juga terpeta pada bentangan udara terbuka


Tajuddin Noor Ganie


KEPADA ORANG TUAKU

Ayahku, ibuku

hidupmu adalah bahu
tempat pisau menyatu

Akan tiba masanya
pisau cabut satu-satu
dan engkau ayahku
dan engkau ibuku
kesepian menanti
maut menjemputmu



Tajuddin Noor Ganie


ARUS

Ikut arus
Melawan arus
Atau di tepi arus
Ikut arus
Ikut mengalir
Ikut asin
Melawan arus
Menanti nasib musykil
Hanyut seperti sabut
Di tepi arus
Hambar dari
Mata ke hati

Tajuddin Noor Ganie


GERHANA

Menjelang gerhana ada rinai gerimis
Rambutnya berembun rambutmu sedia kala
Ketika gerhana
Cahaya redup
Angin mati
Aku tengadah
Setelah gerhana kau menanti jerit

Aku mencari bisik dia tak peduli



Tajuddin Noor Ganie


MENGARAK BATU
SETUMPUK-SETUMPUK

Di sini, jangan cari tempat mengetuk

Tak ada pintu sebelum tanah terbujuk
Bila tanah terbujuk tapi batu merajuk
Berduyunlah ke sungai tanpa tepuk
Mengarak batu setumpuk-setumpuk

Tajuddin Noor Ganie


GELAP BEGITU GENAP MELIPUTMU

Malam-malam perahuku melepas deru
Mataku dan gelap saling seteru
Merebut kedip lampu di perahumu

Meskipun mataku ngilu
Matamu tak juga terbuku
Gelap begitu genap meliputmu

Malam-malam perahuku melepas deru
Mataku ngilu merebut kedip lampu di perahumu
Kita sesungai tapi terpisah buku

Tajuddin Noor Ganie


ODA BUAT ABANG BECAK

Dengan menutup mulut jembatan ini

Kalian sepertinya tengah membentang garis
Semakin tersumbat semakin pekat
Dan mereka yang lamur dalam gegas
Terpana, ternganga, melihat
Rajah tanganmu abang becak

(Tiba-tiba ada
yang meretas jalan)

Kalian bubar jembatan terbatuk
Mereka kembali lamur kembali bergegas
Akh, garis tadi tak juga pucat

Tajuddin Noor Ganie

AKULAH BUIH LAUT

Akulah buih laut yang

tersesat ke langit
Ketika mencari
jalan pulang ke hulu



Tajuddin Noor Ganie


GADA DI BALIK KATA
Buat Maman S. Tawie

Ketika kita tak berani masuk
Aku sesumbar kata masih ampuh
Ya, ampuh. ujarmu mengangguk

(di rumah soal tadi
tiba-tiba mengusikku)

Kita takut pada kata?
Atau kita takut
Pada gada di balik kata?

Akhirnya kubilang pada dunia

Kata tak ampuh tanpa gada!

Banjarmasin, 080582


Tajuddin Noor Ganie


SUNGAI

Membuka peta

melihat sungai
terjepit. Malang
setelah seribu luk
dia tiba muara
tapi tak lagi perawan

Tajuddin Noor Ganie


RENUNGAN PERJALANAN

Mestinya matahari mempermudah perjalanan kita

Tak ada gelap tak lagi gagap mencari jejak
Akh, pamrih telah melingkarkan kerepotan itu
Dan malang, kita terjebak tepat di tengah abjad
Sambil meniup puput, aku terkenang
Syaidina Ali yang meronda negeri sendiri dini hari
Betapa khusuknya perjalanan
Tanpa mencari bulu tangan

Tajuddin Noor Ganie


IN MEMORIAM

Dia datang engkau pergi

Segalanya selesai, kecuali
Hijau, hijau,hijau, ujarnya

Menjelang gerhana ada rinai gerimis

Rambutnya berembun rambutmu sedia kala

Dia datang
Engkau pergi
Selamat jalan


Tajuddin Noor Ganie


AKU KAKU MEMAHAMI BISU BINTANG

Perpisahan kita bukanlah perpisahan
Antara nisan dengan makna tangisan
Tapi adalah perpisahan tanda zaman
Kau bertahan di persimpangan
Dan aku kaku memahami bisu bintang


Tajuddin Noor Ganie


DI MUARA SILAU KITA BERSITATAP LAGI

Di muara silau kita bersitatap lagi

Untukmu ujarmu, aku tak sempat menggangguk

Sepercik air tiba-tiba melompat mengasini

Rajah tanganmu di-*bulu tangan-ku
Perjalanan masih jauh dan kita tergesa


*bulu tangan : judul antologi puisi Tajuddin Noor Ganie






Tajuddin Noor Ganie


LAUTAN MANIK-MANIK

Lautan manik-manik telah mengepung kota

Dedaunan memutih, bebatuan berubah warna
Sungai, burung, dan serangga
telah kehilangan arah
Tersesat dalam ujaran arwah

Tajuddin Noor Ganie


SEJAK LAMA SUNGAI TERSIKSA
DIJAJAH BAYANG-BAYANG MELINTANG

Sejak lama sungai-sungai tersiksa
Dijajah bayang-bayang melintang
Segala yang melintang, meski berupa bayang
Adalah siksaan, teriak sungai berulang-ulang

Matahari mengigil mendengar keluhan sungai
(ia teringat sesuatu)
akulah yang memperjelas bayang melintang

Sejak lama sungai-sungai tersiksa
Dijajah bayang-bayang melintang

Akulah yang menyiksa sungai

Teriak matahari berulang-ulang
Aku ingin menolongmu, tapi aku
Tak bisa menangis sepanjang siang













Tajuddin Noor Ganie


KEMANA KUCARI LAMPU PADAM

Kekasihku, harum melati
Hampir tanggal di sini
Ketika *Sarpakenaka
amuk menyebar bau gerhana
untunglah, raut rupamu
tak kenal waktu menghadapku

akh, bila harum melati
tanggal di sini, ke mana
kucari lampu padam

*Sarpakenaka : nama wayang, seorang raksasi, adik Dasamuka

Tajuddin Noor Ganie


KITA TAK TAHU MAKNA PERAHU TERPAKU
KECUALI ANGIN MATI DAN LAUT BEKU
(Kepada Pangeran Surianata)

Menjelang muara, perahu terpaku
Hanya itu, selebihnya puisi palsu
Kau tak tahu makna perahu terpaku
Kecuali, angin mati dan laut beku

Kau tak tahu, semua lakon
Telah digarap diam-diam
Di bawah perahu

Menjelang muara, perahu terpaku
Sudah itu kau menjadi pelaku
Kau lakoni peran, karena kau
Tak tahu makna perahu terpaku







Tajuddin Noor Ganie


KEJAUHAN JUALAH YANG
MENGUBAH BAYANG BINTANG

Angin yang bertiup di sini

Mengingatkan aku pada buih laut
Di pantai seberang

Lamat-lamat kudengar bisik angin
Ayolah siasati perahu
Lupakan buih bisu

Sudah itu, ada yang raib di sini
Dan kini kubela diri dengan puisi
Kejauhan jualah yang
mengubah bayang bintang



Tajuddin Noor Ganie

DATANGLAH KE NEGERI SERIBU SUNGAI

1
Datanglah ke negeri seribu sungai
Pintu gerbang telah dibuka lebar

2
Datanglah ke Kotamadya Banjarmasin
Pintu gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para penari baksa kambang telah disiapkan
menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota Banjarmasin
Melihat pasar terapung Muara Kuin
I’tikaf di Masjid Raya Sabilal Muhtadin
atau ziarah ke makam Sultan Suriansyah
Raja Muslim pendiri kota Banjarmasin

Datanglah ke Kotamadya Banjarmasin
Pintu gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar

Para penyair telah siap membacakan puisi rakyat

pantun, syair, madihin, lamut, dan puisi sufi

Di kota Banjarmasin
Setahun sekali, mencicipi aneka jenis kue dan
masakan khas etnis Banjar yang diperjual-belikan orang di Pasar Wadai Ramadhan
Pasar khas yang cuma dibuka pada setiap bulan puasa

3
Datanglah ke Kabupaten Barito Kuala
Pintu gerbang di sungai Barito telah dibuka lebar
Para penyanyi folksong telah siap
menyanyikan lagu-lagu rantauan

Dari kota Marabahan
Menyusuri sungai Barito
Singgah di pulau Kembang bercengkrema dengan kera-kera jinak
Atau ke pulau Kaget mengintip kehidupan Bekantan liar
Menyusuri sungai Barito
menikmati pemandangan rumah lanting
rakitan kayu gelondongan dan
cerobong asap pabrik kayu lapis

4
Datanglah ke Kotif Banjarbaru
Pintu gerbang di sungai Basar telah dibuka lebar
Para penari japin sisit telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Dari kota Banjarbaru
Mengunjungi Museum Negeri Lambung Mangkurat mengamati benda-benda seni bernilai sejarah
atau mengamati benda-benda budaya suku bangsa setempat

5.
Datanglah ke Kabupaten Banjar
Pintu gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para pemain musik kintung telah siap melantunkan irama dinamis penggugah semangat kerja

Di desa kecil Sarang Tiung
Menyaksikan para pendulang intan
Mengadu nasib mencari butiran intan
Di balik batu-batu gunung bertimbun



Datanglah ke Kabupaten Banjar
Pintu gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para penari Kenanga Dalam telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota Martapura
Menyaksikan para penggosok intan tradisional
Mengolah intan mentah jadi berlian berkilauan
Kemudian singgah ke toko-toko permata
Mengamati batu-batu mulia dalam pajangan lemari kaca

Datanglah ke Kabupaten Banjar
Pintu gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para pemain musik kintung telah siap melantunkan musik-musik manis penggugah hasrat berdendang

Di desa kecil Kalampaian, ziarah ke makam wali Allah
Syeikh Muhammad Arsyad al Banjari yang keramat
Pengarang kitab Sabilal Muhtadin yang terkenal
Di sini khusuk tafakur merenungkan jatidiri
Mengenangkan jasa-jasa aulia sambil mendoakannya
Semoga arwah beliau selalu tenteram di sisi-Nya

6
Datanglah ke Kabupaten Tapin
Pintu gerbang di sungai Tapin telah dibuka lebar
Para teater mamanda telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota kecil Binuang mencicipi rimpi
Pisang yang diselai dengan sinar matahari
atau berkunjung ke gua Batu Hapu
mengamati stalagtit stalagmitnya

Datanglah ke Kabupaten Tapin
Pintu gerbang di sungai Tapin telah dibuka lebar
Para penari gandut telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota kecil Margasari
menyaksikan batu-batu bekas bangunan candi Laras
Candi Budha yang dulu dibangun oleh Maharaja Sekar Sungsang
Setelah itu menyaksikan warga setempat menganyam rotan di langkan


7.
Datanglah ke Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Pintu gerbang di sungai Amandit telah dibuka lebar
Para penyanyi folksong telah siap
menyanyikan lagu-lagu Paris Tangkawang

Di kota Kandangan mencicipi ketupat
Setelah itu berjalan kaki ke Loksado
Mengunjungi suku Bukit yang masih primitif
Pulangnya naik rakit menyusuri sungai Amandit

Datanglah ke Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Pintu gerbang di sungai Amandit telah dibuka lebar
Para pemain musik kurung-kurung telah siap
Melantunkan bunyi-bunyi mistis penggiriang tarian sakral

Di desa Loksado mengamati
aruh ganal pada setiap habis panen
atau menguji daya tahan fisik dan psikis
Mengarungi jeram-jeram di sepanjang sungai Amandit

8.
Datanglah ke Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Pintu gerbang di sungai Alai telah dibuka lebar
Para penyanyi folksong telah siap menyanyikan
lagu-lagu Lalan yang mengundang hasrat berdendang

Di kota Barabai mencicipi kue apam
Setelah itu mendaki bukit Pagat
Gugusan batu gunung yang bentuknya mirip perahu
Itulah konon perahu Raden Penganten yang dikutuk jadi batu
Lantaran durhaka pada sang ibu

Datanglah ke Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Pintu gerbang di sungai Alai telah dibuka lebar
Para dalang dan penari topeng telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di desa Barikin, setahun sekali pada bulan Shafar
Warga setempat membersihkan desa
dengan ritus Manyanggar Banua
Sambil membakar dupa mereka membaca mantra-mantra
Setelah itu mereka trance, menari-nari
sambil memanggil-manggil nama arwah para leluhur

Mereka arak seperangkat sajen kepala kambing dan kue ketan
Lalu histeris memanggil Datu Barikin yang perkasa

9.
Datanglah ke Kabupaten Hulu Sungai Utara
Pintu gerbang di sungai Balangan telah dibuka lebar
Para penari kuda gipang seba telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota Amuntai, mengunjungi situs candi Agung
Candi Hindu yang dulu dibangun oleh Empu Jatmika yang perkasa
Setelah itu naik kelotok ke danau Panggang menyaksikan kerbau kalang
atau mengunjungi kota kecil Alabio yang terkenal dengan itik unggulnya

10
Datanglah ke Kabupaten Tabalong
Pintu gerbang di sungai Tabalong telah dibuka lebar
Para penari bangsai bakanjaran telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota Tanjung
Menyaksikan penambangan minyak di Sumur Kili
Setelah itu naik ojek ke desa Warukin
Mengunjungi suku Dayak yang berumah di bukit-bukit

11
Datanglah ke Kabupaten Tanah Laut
Pintu gerbang di sungai Maluka telah dibuka lebar
Para penari simbangan burung laut telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota Pelaihari, memandang hijaunya
kebun tebu di sepanjang kaki bukit
Setelah itu menikmati keindahan pantai Batakan
Lalu mengunjungi benteng Tabonio

12
Datanglah ke Kabupaten Kotabaru
Pintu gerbang di sungai Satui telah dibuka lebar
Para penari burung tarabang telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di Kotabaru, mencicipi seafood
Setelah itu bertualang menyusuri gua tamu luang

atau bersemedi di gua Sugung yang sepi di tengah hutan
kemudian mengemudikan layar ke pulau Sabuku
Datanglah ke Kabupaten Kotabaru
Pintu gerbang di sungai Satui telah dibuka lebar
Para penari Masukkiri telah disiapkan

Menyambut kedatangan para wisatawan


Di pantai Pagatan, setahun sekali
Mengikuti keramaian Mappanre Tasi
Upacara adat nelayan Bugis
Memberi makan laut dan makan bersama di laut

13
Datanglah ke negeri seribu sungai
Pintu gerbang telah dibuka lebar



Tajuddin Noor Ganie

DI TANAH KOREA

AKU TERKENANG TANAH BANJAR


Di Tanah Korea aku tergoda
Puncak gunung Paek-du san
yang tinggi menjulang mencapai awan
dan sungai Yalu yang meliuk-liuk
di pinggang-pinggang pegunungan

Angin musim gugur yang melintas pelan-pelan
di pucuk-pucuk pagoda dan pohon-pohon cemara
diam-diam menaburkan harum bunga
dari puncak gunung Paek-du san di hulu
sampai ke tiang-tiang layar di pelabuhan Pusan di hilir

Musim gugur di puncak gunung Paek-du San
aku terkenang Meratus, dataran tinggi Tanah Banjar
yang memanjang dari Tabalong di hulu
hingga ke Kotabaru di hilir

Musim gugur di puncak gunung Paek-du San
aku terkenang Meratus di musim kemarau
Musim kemarau di Meratus
musim paling sibuk bagi para petani di desa-desa
musim kemarau di Meratus
musim piknik ke desa-desa bagi muda-mudi kota

Musim kemarau di Meratus
angkasa lebih biru dari yang biru
udara berubah menjadi anggur yang memabukkan
pegunungan menjadi lebih hidup
dengan warna kuning gemerlapan
dan warna-warna merah semarak bunga-bunga hutan

Musim kemarau di Meratus
musim panen bagi petani di desa-desa
musim kemarau di Meratus
musim pesta bagi muda-mudi di kota

Di Tanah Korea aku tergoda
oleh rumah-rumah beratap jerami
di kota Suwon, di sini aku betah berlama-lama
menghabiskan musim semi yang indah
Musim semi di Tanah Korea
musim bunga cherry bermekaran di pulau Cheju-do
padang rumputan yang menghijau di tepi danau
tampak semarak dengan kelepak sayap
burung-burung pindahan yang singgah berbiak
sebelum pergi ke Cina dan Siberia

Musim semi di kota Suwon
aku terkenang Meratus
Musim semi di kota Cheju-do
aku terkenang Meratus

Meratus, tempat berhulu sungai Amandit
Meratus, tempat berhulu sungai Barabai
Meratus, tempat berhulu sungai Martapura
Meratus, tempat berhulu seribu sungai lainnya
Musim semi di kota Suwon
aku terkenang musim hujan di Meratus
Musim semi di kota Cheju-do
aku terkenang musim hujan di Meratus

Musim hujan di Meratus
musim tenang bagi petani
musim hujan di Meratus
musim menikmati hasil panen
musim hujan di Meratus
musim menulis puisi bagi penyair
musim hujan di Meratus
musim bercinta bagi pengantin baru

Di Tanah Korea, aku terkenang Tanah Banjar

di puncak gunung Paek-dusan

aku terkenang Meratus

di kota Suwon aku terkenang Meratus

di kota Che-ju do aku terkenang Meratus

Dari Tanah Korea

aku berseru : jangan obok-obok Meratus!

Banjarmasin, Hari Bumi, 22 April 2000



Tajuddin Noor Ganie

PERANG BANJAR

1596

Cornelis de Houtman

seorang nakhoda Belanda
tiba di Banten mencari lada di pasar bebas
Tapi, gulden Belanda tak laku di Banten
Tak ada pedagang lada
yang mau berdagang dengan mereka
Cornelis de Houtman menjadi murka karenanya.

Kalau begitu, kita rampok saja lada mereka!


Malam, ketika bulan sabit
menyipit di langit Banten
Anak buah Cornelis de Houtman
menyerbu masuk ke sebuah kapal besar
yang sarat dengan muatan lada
Pemiliknya, seorang saudagar Banjar
tak bisa berbuat apa-apa
kecuali mengelus dada
menerima nasib yang buruk.

7 Juni 1607
Koopman Cillis Michelszoon
nakhoda Belanda yang lain
tanpa singgah di Banten
langsung datang ke Banjarmasin.
Aku, Koopman Cillis Michelszoon
datang ke mari sebagai pedagang
Aku orang Belanda
tapi bukan Cornelis de Houtman
Aku bukan perampok
Aku datang ke Banjarmasin
ingin berdagang dengan semangat
saling menguntungkan

Anak saudagar Banjar yang dulu
menjadi korban perampokan
Cornelis de Houtman
juga datang ke pelabuhan
menyambut mesra kedatangan
Koopman Cillis Michelszoon.
Selamat datang di Tanah Banjar
Kisah lama yang kusam
sudah lama aku lupakan”

Tapi, entah bagaimana cerita persisnya
Setelah mereka bersukaria
semalam suntuk bercandaria
Besok pagi terbetik berita
Koopman Cillis Michelszoon
dan semua awak kapalnya
tewas terbunuh bergelimpangan
sebagai korban pembunuhan.

1612
Subuh ketika bulan sabit
mengintip di langit Tanah Banjar
kapal perang Belanda tiba-tiba merapat
ke pulau Kembang, Dari kejauhan mereka
menembaki para pedagang
di pasar terapung muara Kuin
Para pedagang kocar-kacir dibuatnya.

1626
Lada yang panas membuat Belanda tak kenal jera
Kali ini mereka datang dengan kapal Doon
Aneh tapi nyata, niaga lada
kali ini berlangsung mulus
tak ada pistol meletus
tak ada mandau terhunus.

1634
Siang, ketika matahari
mengelupas kulit ari.
Coysbert van Loudestega
datang membawa armada Belanda
Kali ini mereka datang bukan untuk berdagang
tapi untuk mendiktekan kehendak berkuasa
atas monopoli perdagangan lada.

1635
Suksesi yang ricuh di Kerajaan Banjar
memberi peluang bagi masuknya
pengaruh Belanda dalam kancah politik
antarbangsawan Banjar
Ketika yang menang adalah raja Banjar
yang dibantu Belanda, maka terbukalah jalan
untuk menjajah Tanah Banjar.

Diplomasi hutang budi yang mencuat
dalam kemelut yang disulut intrik politik
pecah belah dan hancurkan
membuat raja Banjar yang dibantu Belanda
tak kuasa menolak apapun kehendak
yang didiktekan Belanda.

Mula-mula monopoli perdagangan lada
lalu erakan kerja paksa membangun jalan raya
dan yang paling celaka Belanda
akhirnya juga bisa mendiktekan suksesi.

1 November 1857
Sultan Adam yang mangkat
meninggalkan wasiat keramat
bahwa cucunya Pangeran Hidayatullah
harus dirajakan

Tapi Belanda tak pernah peduli pada
wasiat keramat dan kehendak rakyat.
3 November 1857
Residen Belanda dengan paksa
menobatkan raja boneka Pangeran Tamjid Dillah.

Pangeran Antasari, seorang bangsawan Banjar
tubuhnya gemetar menahan marah.
Ini penghinaan yang tiada tara
bagi kedaulatan Kerajaan Banjar
Orang Belanda sudah terlalu jauh
ikut campur dalam urusan pribadi tanah air kita
Suka atau tidak suka,
masalah suksesi adalah hak
yang paling pribadi dari seorang Raja Banjar
Pangeran Hidayatullah harus dirajakan
barang siapa berani melanggar wasiat itu
terkutuklah dia tujuh turunan.

Hai, rakyat Banjar yang cinta
dan setia pada tanah air tercinta
Ikutlah bersamaku dalam
barisan perang melawan penjajah Belanda
Kita bentuk barisan jihad fii sabilillah
Kita usir Belanda dari Tanah Banjar tercinta.

28 April 1859
Pecahlah Perang Banjar yang dahsyad itu
Seruan jihad Pangeran Antasari
bergema ke mana-mana
disambut di mana-mana

Bergema di Banua Ampat

disambut Temenggung Jalil

Bergema di Margasari
disambut Aling dan Sambang
Dari Margasari mereka berjalan kaki
menyerbu Gunung Jabuk
perkebunan karet milik Belanda.

Bergema di Amandit
disambut Temenggung Antaluddin
dan Panglima Cakrawati
Dari Amandit mereka
berjalan kaki menuju Tambai
menggempur habis pasukan Belanda
yang berjaga di sana.

Bergema di Tanah Laut
disambut Haji Buyasin dan Pembekal Bungur
Di sini mereka menyerbu masuk ke Benteng Tabonio.


Bergema di Tanah Barito
disambut Temenggung Surapati
Di Lontotur mereka berjaya
mencegat kapal Onrust Belanda
Semua awak kapalnya dibantai
dan kapalnya ditenggelamkan
ke dasar sungai Barito.

Bergema di Tanah Kahayan
disambut Mangkusari
Bergema di Tanah Kapuas
disambut Singapati
Perang Banjar
Perang yang dahsyad
Haram manyarah
Pantang mundur
Waja sampai ka puting

Perang Banjar
Perang yang dahsyad
Haram manyarah
Kukuh teguh hingga merdeka
Waja sampai ka putting






















Tajuddin Noor Ganie

BANYAK BICARA
BANYAK BERKATA-KATA

Memang ada pepatah
Atau petuah lama
Yang melarang kita
Banyak bicara
Banyak berkata-kata
Diam itu emas
Banyak mulut badan binasa
Sedikit bicara banyak kerja

Tapi, mungkinkah kita
Tidak banyak bicara
Tidak banyak berkata-kata
Jika kita bukan maling
Bukan koruptor
Yang harus harus bekerja
Tanpa banyak bicara
Tanpa banyak berkata-kata

Kita harus banyak bicara
Banyak berkata-kata
Jika kita seorang anggota DPR,
Dosen ulama, hakim, jaksa

Sastrawan, widyaiswara
Atau penjual obat di kaki lima
Memang banyak orang celaka
Gara-gara banyak bicara
Banyak berkata-kata
Sri Bintang Pamungkas
Budiman Sudjatmiko
Masuk penjara
Gara-gara banyak bicara
Banyak berkata-kata

Memang sudah banyak
darah mengalir
Air mata tertumpah
Gara-gara ada orang
Banyak bicara
Banyak berkata-kata
Di forum bisik-bisik
Atau di tengah-tengah
Kerusuhan massa
Yang bersifat SARA

Tapi bagaimana kita
Tidak banyak bicara
Tidak banyak berkata-kata
Jika kemahiran berbicara
Dan berkata-kata
Adalah sumber nafkah
Kita yang utama
Pengacara, guru, sarjana,
Wartawan, penyiar, atau
Para bintang iklan di layar kaca
Tak mungkin dilarang bicara
Dilarang berkata-kata
Karena mereka memang hidup
Dari kemahiran berbicara
Dan berkata-kata

Memang banyak yang diuntungkan
Dengan tidak banyak bicara
Tidak banyak berkata-kata
Anggota DPR yang 5D
Sangat menikmati kebiasaan ini
Mereka konon cuma datang, duduk
Dengar, diam, dan duit

Mereka tidak merasa perlu
Banyak bicara
Banyak berkata-kata
Tidak perlu vokal
Untuk apa kata mereka?

Nanti malah direcal seperti

Bambang Warih Koesoema
Hingga hilang sumber nafkah
Berjuta-juta rupiah
Rugi besar! kata merekla

Tapi jika harus bicara juga

Jika harus berkata-kata juga
Mereka akan bicara
Akan berkata-kata
Dengan kata-kata yang sama
Yang sudah dihafal di luar kepala
Yayayaya!, atau setuju!

Memang lebih aman

Membentuk vokal group seperti itu
Daripada vokal sendirian
Nanti malah direcal sendirian
Jadi korban sendirian

Seperti bertepuk tangan
Berkata-kata tidak boleh
Dilakukan sendirian
Nanti malah dikira
Orang gila

Berkata-kata tidak boleh sepihak
Dari atas ke bawah
Itu bukan dialog
Itu instruksi atau
Bahkan intimidasi

Berbcara dan berkata-kata
Tidak boleh sepihak
Dari bawah ke atas
Itu bukan dialog
Tapi gossip, fitnah, protes,
Grafiti, selebaran gelap
Atau bahkan anarki
Itu… bahaya!!!!!!!!!!!














Tajuddin Noor Ganie

ZIKIR PANCAINDRA
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Sungai-sungai yang airnya mengalir
dari balik bebatuan di kaki-kaki bukit rimbun
kata orang bermuara di lautan lepas
padahal air sungai-sungai itu
bermuara di ujung lidah-lidah kita
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Kayu-kayu gelondongan yang milir
di sungai-sungai yang gelisah
kata orang bermuara di lidah-lidah
mesin-mesin pencacah kayu-kayu belah bergetah
padahal, penebangan pohon-pohon
di kaki-kaki bukit rimbun
akhirnya membuat angin
yang bertapa di gurun-gurun
leluasa menerbangkan duri-duri pasir
ke ruang-ruang semesta
lalu menebar-nebarkannya
ke kelopak mata kita yang rabun senja
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Bunyi mesin yang menderu-deru
di pabrik-pabrik kayu lapis
kata orang mengembara
mengikuti arah angin ke segenap semesta
padahal, deru mesin-mesin yang gemuruh itu
akhirnya melaju dan masuk ke dalam
gendang-gendang telinga kita
lalu dengan leluasa mendendangkan
lagu-lagu hewaniah di sana
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Asap hitam yang mengepul-ngepul
di cerobong-cerobong pabrik kayu lapis
kata orang mengembara
ke balik-balik awan nun jauh di sana
padahal, asap hitam yang mengepul-ngepul itu
tidak pergi ke mana-mana
ia cuma melayang-layang sejenak
kemudian turun ke bumi
dan menyusup diam-diam
ke dalam paru-paru kita
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Limbah pabrik kayu lapis
atau sampah-sampah rumah tangga
yang kita tumpahkan tanpa rasa bersalah
ke sungai-sungai yang mengalir gelisah
kata orang menguap jadi makanan lelumutan
padahal warnanya yang pasi
diam-diam menyusup masuk ke dalam pori-pori
dan kemudian bergerak leluasa
mencari mangsa di kulit jangat kita
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Banjarmasin, 7 Mei 1991















Tajuddin Noor Ganie

ZIKIR TANAH WARISAN
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Bayang-bayang siapa yang memekat
membuat pelangi pucat di langit barat
sungai terguguk mengidap rabuk lumut
air asinnya mengombak gugup ke laut
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Kupanggil angin, angin bisu
Kupanggil burung, burung bisu
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Lalu, bayang-bayang siapa yang menghitam
menghambur-hamburkan bubuk racun
di tanah warisan ini
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Malam ini bulan mestinya menata langit
menata kilau bintang, menjaga tanah warisan
dari amukan hujan dari amukan badai
tapi kenapa bulan pucat pasi?
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Kupanggil angin, angin bisu
Kupanggil burung, burung bisu
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Lalu, bayang-bayang siapa yang menghitam
menghambur-hambur bubuk racun
di tanah warisan ini
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Akh, bila isyaratku
tak disahut angin tak disahut burung
kutadahkan tangan ke langit dan kupuji Tuhan
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Sampai rubuh
bersimpuh di kaki-Nya
Yang Maha Kukuh
Allahhuakbar
Allahhuakbar
Allahhuakbar
Allah Maha Besar






























Tajuddin Noor Ganie

SETELAH MERDEKA

Setelah merdeka
negeriku semakin kaya raya
tapi mengapa tidak semua orang
hidup berkecukupan?

Mengapa di kota-kota
masih banyak kutemukan
orang-orang estapa
orang-orang bugil yang tengah
menanggungkan beringas badai tak berbelas

Mengapa di desa-desa
masih banyak kutemukan orang-orang nestapa
orang-orang tak berumah
yang perutnya buncit
tapi tak berisi nasi

Setelah merdeka
negeriku semakin kaya raya
tapi mengapa tidak semua orang
hidup berkecukupan?

Akh, setelah merdeka
negeriku cuma milik
para pejabat korup

orang-orang yang membangun kehormatan
dengan memonopoli kekuasaan

Akh, setelah merdeka
negeriku cuma milik
para pejabat korup
yang kaya raya karena
berkuasa secara semena-mena

Akh, setelah merdeka
negeriku cuma milik
para konglomerat serakah
orang-orang yang dipercaya
mengelola monopoli ekonomi
oleh para penguasa negeri ini

Akh, setelah merdeka
negeriku cuma milik
para konglomerat serakah
orang-orang yang kaya raya
karena fasilitas penguasa

Setelah merdeka
negeriku semakin kaya raya
tapi kekayaan itu bukan milik kami
buktinya, hingga kini kami masih hidup
di bawah garis kemiskinan

Setelah merdeka
negeriku semakin kaya raya
tapi mengapa tidak semua orang
hidup berkecukupan?

Karena negeriku telah menjadi
milik para pejabat korup
karena negeriku telah menjadi
milik para konglomerat serakah

Ya, keduanya adalah komunitas
kelas menengah atas
yang saling berkolusi
mengatur demokrasi politik
di gedung dewan perwakilan rakyat

Setelah merdeka
negeriku semakin kaya raya
tapi kekayaan itu bukan milik kami
buktinya hingga kini kami masih hidup
di bawah garis kemiskinan

Setelah merdeka
negeriku semakin kaya raya
tapi mengapa tidak semua orang
hidup berkecukupan?

Karena negeriku telah menjadi
milik para pejabat korup
karena negeriku telah menjadi
milik para konglomerat serakah

Ya, keduanya adalah komunitas
kelas menengah atas
yang saling berkolusi
mengatur demokrasi ekonomi
mengelola hak monopoli

Ya, setelah merdeka
negeriku yang kaya raya
cuma milik para pejabat korup
Ya, setelah merdeka
negeriku yang kaya raya
cuma milik para konglomerat serakah

Hai
mereka yang senasib denganku
mereka yang hidup di bawah
garis kemiskinan
hari ini aku mengingatkan kalian
tentang satu hal yang pincang

Para pejabat korup
yang berkuasa secara semena-mena
dan para konglomerat serakah
yang kaya raya tetapi tetap loba
adalah musuh kita bersama

Orang-orang itulah
yang berkolusi mengelola
demokrasi politik

hingga kebebasan demokrasi kita
menjadi teraniaya

orang-orang itulah
yang berkolusi mengelola
demokrasi ekonomi
hingga kehidupan ekonomi kita
menjadi tidak merata

Mereka yang berkuasa
semakin berkuasa
Kita sendiri yang tidak berkuasa
semakin papa saja


Orang-orang itulah
musuh kita bersama
Ganyang!