Sabtu, 19 Januari 2013

CATATAN MENGIKUTI ARUH SASTRA KALSEL IX DI BANJARMASIN



·         Sabtu, 13 Oktober 2012

Pukul 08.00 aku sudah pergu meninggalkan rumah dengan mengendari sepeda motorku. Untunglah, tadi malam aku menghadiri acara pembukaan Aruh sastra Kalsel IX Banjarmasin 2012 (selanjutnya ditulis ASKS) di Balai Kota. Jika tidak maka aku pasti tidak tahu bahwa tempat diskusi panel dipindahkan ke Auditorium Muller Hotel Palm Banjarmasin.

Tadinya aku memprediksi membutuhkan waktu sekitar 20 menit dari rumah ke hotel Palm, ternyata jarak sekitar 3 kilometer itu dapat kutempuh dengan waktu cuma 10 menit. Setelah memarkir sepeda motor aku langsung masuk ke lobbi hotel Palm. Ternyata di sana sudah banyak sastrawan Kalsel. Suatu hal yang wajar karena mereka memang diinapkan di sana oleh panitia pelaksana ASKS. Kami saling bersalam-salaman dan saling bertukar gurauan hangat untuk mencairkan suasana.

Panitia kemudian mempersilahkan kami mengambil dua judul buku yang diterbitkan berkenaan dengan ASKS, yakni Sungai Kenangan (Antologi Puisi Bersama Penyair Kalsel) dan Kisah tak Sudah tanah Banjar (Antologi Puisi dan Cerpen Bersama Pemenang Lomba ASKS. Tak berselang lama kami naik ke lantai 3 Hotel Palm. Aku memilih naik ke lantai 3 melalui tangga biasa tidak naik lift. Hitung-hitung membakar kalori karena gula darahku akhir-akhir ini sedang naik drastis.

Hari ini aku membawa sekardus buku-buku karanganku sendiri, antologi puisi Kota yang Bersiul karangan Ariffin Noor Hasby, dan antologi cerpen dan novel karangan Mahmud Jauhari Ali. Selain itu aku juga membawa satu tas yang isinya juga sarat dengan buku-buku karanganku. Buku yang di dalam kardus khusus untuk dijual dan buku di dalam tas khusus untuk dibarter dengan buku-buku karangan sastrawan Kalsel yang lainnya.

Ada 2 judul buku sastra yang kuterima dari kawan-kawan sastrawan Kalsel pada hari ini, yakni Maniti Arus Nyanyian Kuala dari Pak Syarkian Noor Hadie (Marabahan) dan Haru Biru Kotabaru dari Bu Helwatin Najwa). Buku-buku yang ada di dalam kardus kemudian kutitipkan kepada panitia untuk dibantu dijualkan kepada para peserta ASKS.

Sambil menunggu acara peluncuran buku sastra dan diskusi panel session satu dimulai, aku kembali berbincang-bincang dengan para sastrawan Kalsel yang lama tak berjumpa, antara lain Pak Syarmidin, Maskuni, AT Bacco, Muhammad Radi, Aliman Syahrani, Aan Maulana Bandara, Lilies Martadiana, Mahfuz Amin, dan A. Kusairi. Selain itu aku juga berkenalan dengan Echi Subki, dan Sybram Mulsi.

Pukul 09.30 acara peluncuran buku sastra dimulai, ada 4 buku sastra yang diluncurkan yakni kumpulan cerpen Pos Satpam Misterius (Nauka), novel Tegaknya Majid Kami (Tajuddin Noor Ganie), 4 novel karangan Hamami Adaby dan novel Lelaki Duka (Eche Subki). Pada kesempatan ini para pengarang diminta membeberkan proses kreatif penulis karya sastranya atau proses penerbitan buku sastranya. Bertindak selaku pembawa acara HE Benyamine.

Pukul 10.30, diskusi panel session 1 dimulai, menampilkan panelis, yakni Tajuddin Noor Ganie, Jamal T. Suryanata, Ali Syamsuddin Arsi, Abdurrahman El Husaini, dan Helwatin Najwa. Bertindak selaku moderator HE Benyamine. Tanggapan atas paparan para penelis ini antara lain disampaikan oleh sainul Hermawan, Fahmi wahid, Abubakar, Rzai Abkar, Tarman Effendi Tarsyad, AT Bacco, Johansyah, Dedy, Khairiyatozzahro, Harun Al Rasyid, Syamsiar Seman, dan Endang Sulistryowati.

Pukul 13.00 diskusi panel sesion 1 berakhir. Setelah minum dan makan snack, kami diundang turun ke lantai dasar Hotel Palm untuk makan siang bersama. Setelah istirahat untuk sholat Johor, dan melakukan kegiatan lainnya yang bersifat pribadi.

Pukul 14.00, para peserta ASKS kembali berkumpul di Aula Muller. Sementara menunggu kehadiran para peserta yang lainnya acara diisi dengan baca puisi. Pada kesempatan ini aku membacakan puisiku berjudul Sampai Kini Kami Tak Tahu Siapa Kalian Semua Hai Manusia Durjana (Puisi Hujatan Buat Pelaku Rusuh Jum'at Kelabu Banjarmasin, 23 Mei 1997). Puisi ini pernah kubacakan dalam acara Pian Tahulah Episode Jum'at Kelabu di layar kaca Duta TV Banjarmasin beberapa waktu yang lalu.

Pukul 14.30 dikusi panel session ke dua dimulai. tampil sebagai panelis Aliman Syahrani, Syibram Mulsi, Tabri Lipani, AT Bacco, sastrawan Balangan, Andi Jamaluddin AR AK, Syarkian Noor Hadi, dan Fakhrurraji. Bertindak selaku moderator Abdurrahman Al Hakim (ARA). Para penanggap tidak kalah bersemangatnya dibandingkan dengan session pertama. Pada kesempatan session ke dua ini Wakil Walikota Banjarmasin berkesempatan hadir dan berkenan memberikan pandangan-pandangannya. Diskusi panel session ke dua ini berlangsung hingga melampaui waktu normal yang dialokasikan.

Sebelum Wakil Walikota Banjarmasin meninggalkan Aula Muller aku menyempatkan diri untuk menyerahkan novelku berjudul Tegaknya Masjid Kami. Novel itu kuserahkan kepada beliau karena ceritanya berkaitan erat dengan pembangunan Masjid Sultan Suriansyah.

Pukul 16.30, aku pulang kembali ke rumah setelah hampir seharian penuh beraktifitas di Hotel Palm. Alhamdulillah, buku-buku yang kubawa ternyata laris manis. Tidak sia-sia aku datang ke ASKS membawa buku-buku karanganku dan buku-buku titipan kawan-kawanku yang lainnya (Arifin Noor Hasby dan Mahmud Jauhari Ali). Menjual buku-buku dalam acara-acara sastra seperti ini tidak semata-mata bermotif bisnis, tetapi juga dimaksudkan sebagai bagian dari strategi kebudayaan untuk lebih mendekatkan buku-buku sastra kepada masyarakat pembacanya.
·         Sabtu, 13 Oktober 2012

Pukul 08.00 aku sudah pergu meninggalkan rumah dengan mengendari sepeda motorku. Untunglah, tadi malam aku menghadiri acara pembukaan Aruh sastra Kalsel IX Banjarmasin 2012 (selanjutnya ditulis ASKS) di Balai Kota. Jika tidak maka aku pasti tidak tahu bahwa tempat diskusi panel dipindahkan ke Auditorium Muller Hotel Palm Banjarmasin.

Tadinya aku memprediksi membutuhkan waktu sekitar 20 menit dari rumah ke hotel Palm, ternyata jarak sekitar 3 kilometer itu dapat kutempuh dengan waktu cuma 10 menit. Setelah memarkir sepeda motor aku langsung masuk ke lobbi hotel Palm. Ternyata di sana sudah banyak sastrawan Kalsel. Suatu hal yang wajar karena mereka memang diinapkan di sana oleh panitia pelaksana ASKS. Kami saling bersalam-salaman dan saling bertukar gurauan hangat untuk mencairkan suasana.

Panitia kemudian mempersilahkan kami mengambil dua judul buku yang diterbitkan berkenaan dengan ASKS, yakni Sungai Kenangan (Antologi Puisi Bersama Penyair Kalsel) dan Kisah tak Sudah tanah Banjar (Antologi Puisi dan Cerpen Bersama Pemenang Lomba ASKS. Tak berselang lama kami naik ke lantai 3 Hotel Palm. Aku memilih naik ke lantai 3 melalui tangga biasa tidak naik lift. Hitung-hitung membakar kalori karena gula darahku akhir-akhir ini sedang naik drastis.

Hari ini aku membawa sekardus buku-buku karanganku sendiri, antologi puisi Kota yang Bersiul karangan Ariffin Noor Hasby, dan antologi cerpen dan novel karangan Mahmud Jauhari Ali. Selain itu aku juga membawa satu tas yang isinya juga sarat dengan buku-buku karanganku. Buku yang di dalam kardus khusus untuk dijual dan buku di dalam tas khusus untuk dibarter dengan buku-buku karangan sastrawan Kalsel yang lainnya.

Ada 2 judul buku sastra yang kuterima dari kawan-kawan sastrawan Kalsel pada hari ini, yakni Maniti Arus Nyanyian Kuala dari Pak Syarkian Noor Hadie (Marabahan) dan Haru Biru Kotabaru dari Bu Helwatin Najwa). Buku-buku yang ada di dalam kardus kemudian kutitipkan kepada panitia untuk dibantu dijualkan kepada para peserta ASKS.

Sambil menunggu acara peluncuran buku sastra dan diskusi panel session satu dimulai, aku kembali berbincang-bincang dengan para sastrawan Kalsel yang lama tak berjumpa, antara lain Pak Syarmidin, Maskuni, AT Bacco, Muhammad Radi, Aliman Syahrani, Aan Maulana Bandara, Lilies Martadiana, Mahfuz Amin, dan A. Kusairi. Selain itu aku juga berkenalan dengan Echi Subki, dan Sybram Mulsi.

Pukul 09.30 acara peluncuran buku sastra dimulai, ada 4 buku sastra yang diluncurkan yakni kumpulan cerpen Pos Satpam Misterius (Nauka), novel Tegaknya Majid Kami (Tajuddin Noor Ganie), 4 novel karangan Hamami Adaby dan novel Lelaki Duka (Eche Subki). Pada kesempatan ini para pengarang diminta membeberkan proses kreatif penulis karya sastranya atau proses penerbitan buku sastranya. Bertindak selaku pembawa acara HE Benyamine.

Pukul 10.30, diskusi panel session 1 dimulai, menampilkan panelis, yakni Tajuddin Noor Ganie, Jamal T. Suryanata, Ali Syamsuddin Arsi, Abdurrahman El Husaini, dan Helwatin Najwa. Bertindak selaku moderator HE Benyamine. Tanggapan atas paparan para penelis ini antara lain disampaikan oleh sainul Hermawan, Fahmi wahid, Abubakar, Rzai Abkar, Tarman Effendi Tarsyad, AT Bacco, Johansyah, Dedy, Khairiyatozzahro, Harun Al Rasyid, Syamsiar Seman, dan Endang Sulistryowati.

Pukul 13.00 diskusi panel sesion 1 berakhir. Setelah minum dan makan snack, kami diundang turun ke lantai dasar Hotel Palm untuk makan siang bersama. Setelah istirahat untuk sholat Johor, dan melakukan kegiatan lainnya yang bersifat pribadi.

Pukul 14.00, para peserta ASKS kembali berkumpul di Aula Muller. Sementara menunggu kehadiran para peserta yang lainnya acara diisi dengan baca puisi. Pada kesempatan ini aku membacakan puisiku berjudul Sampai Kini Kami Tak Tahu Siapa Kalian Semua Hai Manusia Durjana (Puisi Hujatan Buat Pelaku Rusuh Jum'at Kelabu Banjarmasin, 23 Mei 1997). Puisi ini pernah kubacakan dalam acara Pian Tahulah Episode Jum'at Kelabu di layar kaca Duta TV Banjarmasin beberapa waktu yang lalu.

Pukul 14.30 dikusi panel session ke dua dimulai. tampil sebagai panelis Aliman Syahrani, Syibram Mulsi, Tabri Lipani, AT Bacco, sastrawan Balangan, Andi Jamaluddin AR AK, Syarkian Noor Hadi, dan Fakhrurraji. Bertindak selaku moderator Abdurrahman Al Hakim (ARA). Para penanggap tidak kalah bersemangatnya dibandingkan dengan session pertama. Pada kesempatan session ke dua ini Wakil Walikota Banjarmasin berkesempatan hadir dan berkenan memberikan pandangan-pandangannya. Diskusi panel session ke dua ini berlangsung hingga melampaui waktu normal yang dialokasikan.

Sebelum Wakil Walikota Banjarmasin meninggalkan Aula Muller aku menyempatkan diri untuk menyerahkan novelku berjudul Tegaknya Masjid Kami. Novel itu kuserahkan kepada beliau karena ceritanya berkaitan erat dengan pembangunan Masjid Sultan Suriansyah.

Pukul 16.30, aku pulang kembali ke rumah setelah hampir seharian penuh beraktifitas di Hotel Palm. Alhamdulillah, buku-buku yang kubawa ternyata laris manis. Tidak sia-sia aku datang ke ASKS membawa buku-buku karanganku dan buku-buku titipan kawan-kawanku yang lainnya (Arifin Noor Hasby dan Mahmud Jauhari Ali). Menjual buku-buku dalam acara-acara sastra seperti ini tidak semata-mata bermotif bisnis, tetapi juga dimaksudkan sebagai bagian dari strategi kebudayaan untuk lebih mendekatkan buku-buku sastra kepada masyarakat pembacanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar