CATATAN MENGIKUTI ARUH SASTRA KALSEL IX DI BANJARMASIN
·
Sabtu, 13 Oktober 2012
Pukul 08.00 aku sudah pergu meninggalkan rumah dengan
mengendari sepeda motorku. Untunglah, tadi malam aku menghadiri acara pembukaan
Aruh sastra Kalsel IX Banjarmasin
2012 (selanjutnya ditulis ASKS) di Balai Kota. Jika tidak maka aku pasti tidak
tahu bahwa tempat diskusi panel dipindahkan ke Auditorium Muller Hotel Palm
Banjarmasin.
Tadinya aku memprediksi membutuhkan waktu sekitar 20
menit dari rumah ke hotel Palm, ternyata jarak sekitar 3 kilometer itu dapat
kutempuh dengan waktu cuma 10 menit. Setelah memarkir sepeda motor aku langsung
masuk ke lobbi hotel Palm. Ternyata di sana sudah banyak sastrawan Kalsel.
Suatu hal yang wajar karena mereka memang diinapkan di sana oleh panitia
pelaksana ASKS. Kami saling bersalam-salaman dan saling bertukar gurauan hangat
untuk mencairkan suasana.
Panitia kemudian mempersilahkan kami mengambil dua
judul buku yang diterbitkan berkenaan dengan ASKS, yakni Sungai Kenangan (Antologi
Puisi Bersama Penyair Kalsel) dan Kisah tak Sudah tanah Banjar (Antologi Puisi
dan Cerpen Bersama Pemenang Lomba ASKS. Tak berselang lama kami naik ke lantai
3 Hotel Palm. Aku memilih naik ke lantai 3 melalui tangga biasa tidak naik
lift. Hitung-hitung membakar kalori karena gula darahku akhir-akhir ini sedang
naik drastis.
Hari ini aku membawa sekardus buku-buku karanganku
sendiri, antologi puisi Kota yang Bersiul karangan Ariffin Noor Hasby, dan
antologi cerpen dan novel karangan Mahmud Jauhari Ali. Selain itu aku juga
membawa satu tas yang isinya juga sarat dengan buku-buku karanganku. Buku yang
di dalam kardus khusus untuk dijual dan buku di dalam tas khusus untuk dibarter
dengan buku-buku karangan sastrawan Kalsel yang lainnya.
Ada 2 judul buku sastra yang kuterima dari kawan-kawan
sastrawan Kalsel pada hari ini, yakni Maniti Arus Nyanyian Kuala dari Pak
Syarkian Noor Hadie (Marabahan) dan Haru Biru Kotabaru dari Bu Helwatin Najwa).
Buku-buku yang ada di dalam kardus kemudian kutitipkan kepada panitia untuk
dibantu dijualkan kepada para peserta ASKS.
Sambil menunggu acara peluncuran buku sastra dan
diskusi panel session satu dimulai, aku kembali berbincang-bincang dengan para
sastrawan Kalsel yang lama tak berjumpa, antara lain Pak Syarmidin, Maskuni, AT
Bacco, Muhammad Radi, Aliman Syahrani, Aan Maulana Bandara, Lilies Martadiana,
Mahfuz Amin, dan A. Kusairi. Selain itu aku juga berkenalan dengan Echi Subki,
dan Sybram Mulsi.
Pukul 09.30 acara peluncuran buku sastra dimulai, ada 4
buku sastra yang diluncurkan yakni kumpulan cerpen Pos Satpam Misterius
(Nauka), novel Tegaknya Majid Kami (Tajuddin Noor Ganie), 4 novel karangan
Hamami Adaby dan novel Lelaki Duka (Eche Subki). Pada kesempatan ini para
pengarang diminta membeberkan proses kreatif penulis karya sastranya atau
proses penerbitan buku sastranya. Bertindak selaku pembawa acara HE Benyamine.
Pukul 10.30, diskusi panel session 1 dimulai,
menampilkan panelis, yakni Tajuddin Noor Ganie, Jamal T. Suryanata, Ali
Syamsuddin Arsi, Abdurrahman El Husaini, dan Helwatin Najwa. Bertindak selaku
moderator HE Benyamine. Tanggapan atas paparan para penelis ini antara lain
disampaikan oleh sainul Hermawan, Fahmi wahid, Abubakar, Rzai Abkar, Tarman
Effendi Tarsyad, AT Bacco, Johansyah, Dedy, Khairiyatozzahro, Harun Al Rasyid,
Syamsiar Seman, dan Endang Sulistryowati.
Pukul 13.00 diskusi panel sesion 1 berakhir. Setelah
minum dan makan snack, kami diundang turun ke lantai dasar Hotel Palm untuk
makan siang bersama. Setelah istirahat untuk sholat Johor, dan melakukan
kegiatan lainnya yang bersifat pribadi.
Pukul 14.00, para peserta ASKS kembali berkumpul di
Aula Muller. Sementara menunggu kehadiran para peserta yang lainnya acara diisi
dengan baca puisi. Pada kesempatan ini aku membacakan puisiku berjudul Sampai
Kini Kami Tak Tahu Siapa Kalian Semua Hai Manusia Durjana (Puisi Hujatan Buat
Pelaku Rusuh Jum'at Kelabu Banjarmasin, 23 Mei 1997). Puisi ini pernah
kubacakan dalam acara Pian Tahulah Episode Jum'at Kelabu di layar kaca Duta TV
Banjarmasin beberapa waktu yang lalu.
Pukul 14.30 dikusi panel session ke dua dimulai. tampil
sebagai panelis Aliman Syahrani, Syibram Mulsi, Tabri Lipani, AT Bacco,
sastrawan Balangan, Andi Jamaluddin AR AK, Syarkian Noor Hadi, dan Fakhrurraji.
Bertindak selaku moderator Abdurrahman Al Hakim (ARA). Para penanggap tidak
kalah bersemangatnya dibandingkan dengan session pertama. Pada kesempatan
session ke dua ini Wakil Walikota Banjarmasin berkesempatan hadir dan berkenan
memberikan pandangan-pandangannya. Diskusi panel session ke dua ini berlangsung
hingga melampaui waktu normal yang dialokasikan.
Sebelum Wakil Walikota Banjarmasin meninggalkan Aula
Muller aku menyempatkan diri untuk menyerahkan novelku berjudul Tegaknya Masjid
Kami. Novel itu kuserahkan kepada beliau karena ceritanya berkaitan erat dengan
pembangunan Masjid Sultan Suriansyah.
Pukul 16.30, aku pulang kembali ke rumah setelah hampir
seharian penuh beraktifitas di Hotel Palm. Alhamdulillah, buku-buku yang kubawa
ternyata laris manis. Tidak sia-sia aku datang ke ASKS membawa buku-buku
karanganku dan buku-buku titipan kawan-kawanku yang lainnya (Arifin Noor Hasby
dan Mahmud Jauhari Ali). Menjual buku-buku dalam acara-acara sastra seperti ini
tidak semata-mata bermotif bisnis, tetapi juga dimaksudkan sebagai bagian dari
strategi kebudayaan untuk lebih mendekatkan buku-buku sastra kepada masyarakat
pembacanya.
·
Sabtu, 13 Oktober 2012
Pukul 08.00 aku sudah pergu meninggalkan rumah dengan
mengendari sepeda motorku. Untunglah, tadi malam aku menghadiri acara pembukaan
Aruh sastra Kalsel IX Banjarmasin
2012 (selanjutnya ditulis ASKS) di Balai Kota. Jika tidak maka aku pasti tidak
tahu bahwa tempat diskusi panel dipindahkan ke Auditorium Muller Hotel Palm
Banjarmasin.
Tadinya aku memprediksi membutuhkan waktu sekitar 20
menit dari rumah ke hotel Palm, ternyata jarak sekitar 3 kilometer itu dapat
kutempuh dengan waktu cuma 10 menit. Setelah memarkir sepeda motor aku langsung
masuk ke lobbi hotel Palm. Ternyata di sana sudah banyak sastrawan Kalsel.
Suatu hal yang wajar karena mereka memang diinapkan di sana oleh panitia
pelaksana ASKS. Kami saling bersalam-salaman dan saling bertukar gurauan hangat
untuk mencairkan suasana.
Panitia kemudian mempersilahkan kami mengambil dua
judul buku yang diterbitkan berkenaan dengan ASKS, yakni Sungai Kenangan
(Antologi Puisi Bersama Penyair Kalsel) dan Kisah tak Sudah tanah Banjar
(Antologi Puisi dan Cerpen Bersama Pemenang Lomba ASKS. Tak berselang lama kami
naik ke lantai 3 Hotel Palm. Aku memilih naik ke lantai 3 melalui tangga biasa
tidak naik lift. Hitung-hitung membakar kalori karena gula darahku akhir-akhir
ini sedang naik drastis.
Hari ini aku membawa sekardus buku-buku karanganku sendiri,
antologi puisi Kota yang Bersiul karangan Ariffin Noor Hasby, dan antologi
cerpen dan novel karangan Mahmud Jauhari Ali. Selain itu aku juga membawa satu
tas yang isinya juga sarat dengan buku-buku karanganku. Buku yang di dalam
kardus khusus untuk dijual dan buku di dalam tas khusus untuk dibarter dengan
buku-buku karangan sastrawan Kalsel yang lainnya.
Ada 2 judul buku sastra yang kuterima dari kawan-kawan
sastrawan Kalsel pada hari ini, yakni Maniti Arus Nyanyian Kuala dari Pak
Syarkian Noor Hadie (Marabahan) dan Haru Biru Kotabaru dari Bu Helwatin Najwa).
Buku-buku yang ada di dalam kardus kemudian kutitipkan kepada panitia untuk
dibantu dijualkan kepada para peserta ASKS.
Sambil menunggu acara peluncuran buku sastra dan
diskusi panel session satu dimulai, aku kembali berbincang-bincang dengan para
sastrawan Kalsel yang lama tak berjumpa, antara lain Pak Syarmidin, Maskuni, AT
Bacco, Muhammad Radi, Aliman Syahrani, Aan Maulana Bandara, Lilies Martadiana,
Mahfuz Amin, dan A. Kusairi. Selain itu aku juga berkenalan dengan Echi Subki,
dan Sybram Mulsi.
Pukul 09.30 acara peluncuran buku sastra dimulai, ada 4
buku sastra yang diluncurkan yakni kumpulan cerpen Pos Satpam Misterius
(Nauka), novel Tegaknya Majid Kami (Tajuddin Noor Ganie), 4 novel karangan
Hamami Adaby dan novel Lelaki Duka (Eche Subki). Pada kesempatan ini para
pengarang diminta membeberkan proses kreatif penulis karya sastranya atau
proses penerbitan buku sastranya. Bertindak selaku pembawa acara HE Benyamine.
Pukul 10.30, diskusi panel session 1 dimulai,
menampilkan panelis, yakni Tajuddin Noor Ganie, Jamal T. Suryanata, Ali
Syamsuddin Arsi, Abdurrahman El Husaini, dan Helwatin Najwa. Bertindak selaku
moderator HE Benyamine. Tanggapan atas paparan para penelis ini antara lain
disampaikan oleh sainul Hermawan, Fahmi wahid, Abubakar, Rzai Abkar, Tarman
Effendi Tarsyad, AT Bacco, Johansyah, Dedy, Khairiyatozzahro, Harun Al Rasyid,
Syamsiar Seman, dan Endang Sulistryowati.
Pukul 13.00 diskusi panel sesion 1 berakhir. Setelah
minum dan makan snack, kami diundang turun ke lantai dasar Hotel Palm untuk
makan siang bersama. Setelah istirahat untuk sholat Johor, dan melakukan
kegiatan lainnya yang bersifat pribadi.
Pukul 14.00, para peserta ASKS kembali berkumpul di
Aula Muller. Sementara menunggu kehadiran para peserta yang lainnya acara diisi
dengan baca puisi. Pada kesempatan ini aku membacakan puisiku berjudul Sampai
Kini Kami Tak Tahu Siapa Kalian Semua Hai Manusia Durjana (Puisi Hujatan Buat
Pelaku Rusuh Jum'at Kelabu Banjarmasin, 23 Mei 1997). Puisi ini pernah
kubacakan dalam acara Pian Tahulah Episode Jum'at Kelabu di layar kaca Duta TV
Banjarmasin beberapa waktu yang lalu.
Pukul 14.30 dikusi panel session ke dua dimulai. tampil
sebagai panelis Aliman Syahrani, Syibram Mulsi, Tabri Lipani, AT Bacco,
sastrawan Balangan, Andi Jamaluddin AR AK, Syarkian Noor Hadi, dan Fakhrurraji.
Bertindak selaku moderator Abdurrahman Al Hakim (ARA). Para penanggap tidak
kalah bersemangatnya dibandingkan dengan session pertama. Pada kesempatan
session ke dua ini Wakil Walikota Banjarmasin berkesempatan hadir dan berkenan
memberikan pandangan-pandangannya. Diskusi panel session ke dua ini berlangsung
hingga melampaui waktu normal yang dialokasikan.
Sebelum Wakil Walikota Banjarmasin meninggalkan Aula
Muller aku menyempatkan diri untuk menyerahkan novelku berjudul Tegaknya Masjid
Kami. Novel itu kuserahkan kepada beliau karena ceritanya berkaitan erat dengan
pembangunan Masjid Sultan Suriansyah.
Pukul 16.30, aku pulang kembali ke rumah setelah hampir
seharian penuh beraktifitas di Hotel Palm. Alhamdulillah, buku-buku yang kubawa
ternyata laris manis. Tidak sia-sia aku datang ke ASKS membawa buku-buku
karanganku dan buku-buku titipan kawan-kawanku yang lainnya (Arifin Noor Hasby
dan Mahmud Jauhari Ali). Menjual buku-buku dalam acara-acara sastra seperti ini
tidak semata-mata bermotif bisnis, tetapi juga dimaksudkan sebagai bagian dari
strategi kebudayaan untuk lebih mendekatkan buku-buku sastra kepada masyarakat
pembacanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar