Senin, 18 Juni 2012

ANTOLOGI PUISI TAJUDDIN NOOR GANIE


Tajuddin Noor Ganie

KABAR BUAT SYUHADA HAJI

YANG BERBARING DIAM

DI KILOMETER 24 LANDASAN ULIN

Wahai, syuhada haji yang berbaring diam

Di kilometer 24 Landasan Ulin

Tahukah engkau

Gara-gara musibah

Yang menimpamu dulu

Pesawat haji tahun ini

Tidak lagi singgah di Kolombo

Wahai, syuhada haji yang berbaring diam

Di kilometer 24 Landasan Ulin

Tahukah engkau

Gara-gara musibah

Yang menimpamu dulu

Animo naik haji

menurun tahun ini

akh, untuk ini

aku tak habis pikir

mengapa mereka itu

takut senasib denganmu

padahal engkau mati syahid berganda

Wahai, syuhada haji yang berbaring dian

Di kilometer 24 Landasan Ulin

Tahukah engkau

Aku tidak seperti mereka

Aku iri dengan nasibmu

Tapi malang

Aku tak bisa berangkat

Tahun ini

Karena panen padi terlambat

Dan *kenop satu lima

*kenop satu lima : kebijakan 15 November 1978

Kebijakan ekonomi yang dikeluarkan

oleh pemerintah orde baru ketika itu



Tajuddin Noor Ganie

DOA SEORANG AYAH

Wahai, anak-anakku

Usiamu tergantung bakatmu

Bila bakatmu anak saleh

Usiamu akan panjang

Tapi, bila bakatmu malinkundang

Usiamu akan sependek kembang

Ayah telah berdoa anakku

Tuhan,

Cabutlah sedini mungkin roh anakku

Bila dalam tatap-Mu

ia bakal jadi anak durhaka

Amin

Tajuddin Noor Ganie

DOAKU

Tuhan,

Jangan ambil nyawaku

Sebelum

Kukembangkan ilmuku

Secara selektif

Sebelum

Kupunya amal jariah

Yang banyak

Sebelum

Kupunya anak yang saleh

Amien

Tajuddin Noor Ganie

PERPISAHAN

Selama mata masih mengerdip

Perpisahan adalah tahap awal

Menuju pertemuan

Tajuddin Noor Ganie

KEPADA HASANUDDIN HM

Dar

Dadamu darah
Kau kena kejang
Indonesia *ingar

Darahmu
Terbuka tumpah

Mengurai masai

Jadi jala
Meleleh mengeristal
Jadi jarum

Jadi jala


muda-mudi menyatu
tuntut turun tirani
atau aksi ajal

Jadi jarum
Dada-dada dobrak
Tolak tritura
Atau aksi ajal
Pahlawan
Kini kami
Di pusara
Khususk kudus
Mematri tekad
Lanjutkan jihad



Tajuddin Noor Ganie

IDUL ADHA

Untunglah,

tika Ibrahim

penuhi firman-Nya

Ismail diganti domba

Jika tidak

Ada kemungkinan

Idul Adha lusa

Beta dikorbankan

Ayah beta




Tajuddin Noor Ganie

BANJARMASIN

Banjarmasin,
Meskipun di bulatan peta kau cuma noktah
Menyebut namamu : baju zirahku membesar
Banjarmasin,
Engkaulah saksi gerhana tanpa benang itu
Engkaulah saksi hijrahku yang awal
Banjarmasin,.
Di bulatan noktahmu yang asin
Larut seribu liuk hidupku

Tajuddin Noor Ganie

AIR

Air mengingatkanku pada wajah penyakit mata

Air mengingatkanku pada masjid tempat mencuci dosa



Tajuddin Noor Ganie

KEBAKARAN

Langit hitam tiba-tiba jingga

Dibias api menganga

Kita yang membulat di jauh jarak

Jangan jadi lelatu yang terbang

Tak hirau pada seribu isak

Meskipun jauh terpisah jarak

Fardhumu tak sebatas dongak


Tajuddin Noor Ganie

MATA

Ketika suara

Jadi raja kilat

Sadarlah beta

Pada cepatnya

Mata menggapai

Mata sudah gapai bulan

Ketika Adam

Belajar tengadah



Tajuddin Noor Ganie

SIBUK

Anakku,

kesibukan memaksaku

Mengajari kepalsuan

Untuk bibir mungilmu

Tak lagi kubuka dadaku

Tengoklah, di kirimu

Ada Inem sedang

Mengaduk-aduk susumu



Tajuddin Noor Ganie

JANTUNGKU DITIKAM MALAM-MALAM

malam-malam jantungku ditikam dalam-dalam

bisik-bisik mereka menuba cuaca, kusam-kusam

penyair-penyair melasso bulan dengan tali jemuran


Tajuddin Noor Ganie

SAJAK TENTANG

RAJAH TANGAN

SEORANG PAHLAWAN

(Kepada Pahlawan Ampera Hasanuddin HM)

di masa negeri ini di paruh matahari

segala cuaca terbuka bagi gugurnya bunga

ketika itulah ruang dan waktu penuh api

dan engkau pahlawan tersungkur dekat asal suara

pahlawan, keharuman rajah tanganmu

tak terikat pada cuaca musim bunga

karena keharuman itu tak hanya terpeta pada pusaramu

tapi juga terpeta pada bentangan udara terbuka


Tajuddin Noor Ganie


KEPADA ORANG TUAKU

Ayahku, ibuku

hidupmu adalah bahu
tempat pisau menyatu

Akan tiba masanya
pisau cabut satu-satu
dan engkau ayahku
dan engkau ibuku
kesepian menanti
maut menjemputmu



Tajuddin Noor Ganie


ARUS

Ikut arus
Melawan arus
Atau di tepi arus
Ikut arus
Ikut mengalir
Ikut asin
Melawan arus
Menanti nasib musykil
Hanyut seperti sabut
Di tepi arus
Hambar dari
Mata ke hati

Tajuddin Noor Ganie


GERHANA

Menjelang gerhana ada rinai gerimis
Rambutnya berembun rambutmu sedia kala
Ketika gerhana
Cahaya redup
Angin mati
Aku tengadah
Setelah gerhana kau menanti jerit

Aku mencari bisik dia tak peduli



Tajuddin Noor Ganie


MENGARAK BATU
SETUMPUK-SETUMPUK

Di sini, jangan cari tempat mengetuk

Tak ada pintu sebelum tanah terbujuk
Bila tanah terbujuk tapi batu merajuk
Berduyunlah ke sungai tanpa tepuk
Mengarak batu setumpuk-setumpuk

Tajuddin Noor Ganie


GELAP BEGITU GENAP MELIPUTMU

Malam-malam perahuku melepas deru
Mataku dan gelap saling seteru
Merebut kedip lampu di perahumu

Meskipun mataku ngilu
Matamu tak juga terbuku
Gelap begitu genap meliputmu

Malam-malam perahuku melepas deru
Mataku ngilu merebut kedip lampu di perahumu
Kita sesungai tapi terpisah buku

Tajuddin Noor Ganie


ODA BUAT ABANG BECAK

Dengan menutup mulut jembatan ini

Kalian sepertinya tengah membentang garis
Semakin tersumbat semakin pekat
Dan mereka yang lamur dalam gegas
Terpana, ternganga, melihat
Rajah tanganmu abang becak

(Tiba-tiba ada
yang meretas jalan)

Kalian bubar jembatan terbatuk
Mereka kembali lamur kembali bergegas
Akh, garis tadi tak juga pucat

Tajuddin Noor Ganie

AKULAH BUIH LAUT

Akulah buih laut yang

tersesat ke langit
Ketika mencari
jalan pulang ke hulu



Tajuddin Noor Ganie


GADA DI BALIK KATA
Buat Maman S. Tawie

Ketika kita tak berani masuk
Aku sesumbar kata masih ampuh
Ya, ampuh. ujarmu mengangguk

(di rumah soal tadi
tiba-tiba mengusikku)

Kita takut pada kata?
Atau kita takut
Pada gada di balik kata?

Akhirnya kubilang pada dunia

Kata tak ampuh tanpa gada!

Banjarmasin, 080582


Tajuddin Noor Ganie


SUNGAI

Membuka peta

melihat sungai
terjepit. Malang
setelah seribu luk
dia tiba muara
tapi tak lagi perawan

Tajuddin Noor Ganie


RENUNGAN PERJALANAN

Mestinya matahari mempermudah perjalanan kita

Tak ada gelap tak lagi gagap mencari jejak
Akh, pamrih telah melingkarkan kerepotan itu
Dan malang, kita terjebak tepat di tengah abjad
Sambil meniup puput, aku terkenang
Syaidina Ali yang meronda negeri sendiri dini hari
Betapa khusuknya perjalanan
Tanpa mencari bulu tangan

Tajuddin Noor Ganie


IN MEMORIAM

Dia datang engkau pergi

Segalanya selesai, kecuali
Hijau, hijau,hijau, ujarnya

Menjelang gerhana ada rinai gerimis

Rambutnya berembun rambutmu sedia kala

Dia datang
Engkau pergi
Selamat jalan


Tajuddin Noor Ganie


AKU KAKU MEMAHAMI BISU BINTANG

Perpisahan kita bukanlah perpisahan
Antara nisan dengan makna tangisan
Tapi adalah perpisahan tanda zaman
Kau bertahan di persimpangan
Dan aku kaku memahami bisu bintang


Tajuddin Noor Ganie


DI MUARA SILAU KITA BERSITATAP LAGI

Di muara silau kita bersitatap lagi

Untukmu ujarmu, aku tak sempat menggangguk

Sepercik air tiba-tiba melompat mengasini

Rajah tanganmu di-*bulu tangan-ku
Perjalanan masih jauh dan kita tergesa


*bulu tangan : judul antologi puisi Tajuddin Noor Ganie






Tajuddin Noor Ganie


LAUTAN MANIK-MANIK

Lautan manik-manik telah mengepung kota

Dedaunan memutih, bebatuan berubah warna
Sungai, burung, dan serangga
telah kehilangan arah
Tersesat dalam ujaran arwah

Tajuddin Noor Ganie


SEJAK LAMA SUNGAI TERSIKSA
DIJAJAH BAYANG-BAYANG MELINTANG

Sejak lama sungai-sungai tersiksa
Dijajah bayang-bayang melintang
Segala yang melintang, meski berupa bayang
Adalah siksaan, teriak sungai berulang-ulang

Matahari mengigil mendengar keluhan sungai
(ia teringat sesuatu)
akulah yang memperjelas bayang melintang

Sejak lama sungai-sungai tersiksa
Dijajah bayang-bayang melintang

Akulah yang menyiksa sungai

Teriak matahari berulang-ulang
Aku ingin menolongmu, tapi aku
Tak bisa menangis sepanjang siang













Tajuddin Noor Ganie


KEMANA KUCARI LAMPU PADAM

Kekasihku, harum melati
Hampir tanggal di sini
Ketika *Sarpakenaka
amuk menyebar bau gerhana
untunglah, raut rupamu
tak kenal waktu menghadapku

akh, bila harum melati
tanggal di sini, ke mana
kucari lampu padam

*Sarpakenaka : nama wayang, seorang raksasi, adik Dasamuka

Tajuddin Noor Ganie


KITA TAK TAHU MAKNA PERAHU TERPAKU
KECUALI ANGIN MATI DAN LAUT BEKU
(Kepada Pangeran Surianata)

Menjelang muara, perahu terpaku
Hanya itu, selebihnya puisi palsu
Kau tak tahu makna perahu terpaku
Kecuali, angin mati dan laut beku

Kau tak tahu, semua lakon
Telah digarap diam-diam
Di bawah perahu

Menjelang muara, perahu terpaku
Sudah itu kau menjadi pelaku
Kau lakoni peran, karena kau
Tak tahu makna perahu terpaku







Tajuddin Noor Ganie


KEJAUHAN JUALAH YANG
MENGUBAH BAYANG BINTANG

Angin yang bertiup di sini

Mengingatkan aku pada buih laut
Di pantai seberang

Lamat-lamat kudengar bisik angin
Ayolah siasati perahu
Lupakan buih bisu

Sudah itu, ada yang raib di sini
Dan kini kubela diri dengan puisi
Kejauhan jualah yang
mengubah bayang bintang



Tajuddin Noor Ganie

DATANGLAH KE NEGERI SERIBU SUNGAI

1
Datanglah ke negeri seribu sungai
Pintu gerbang telah dibuka lebar

2
Datanglah ke Kotamadya Banjarmasin
Pintu gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para penari baksa kambang telah disiapkan
menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota Banjarmasin
Melihat pasar terapung Muara Kuin
I’tikaf di Masjid Raya Sabilal Muhtadin
atau ziarah ke makam Sultan Suriansyah
Raja Muslim pendiri kota Banjarmasin

Datanglah ke Kotamadya Banjarmasin
Pintu gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar

Para penyair telah siap membacakan puisi rakyat

pantun, syair, madihin, lamut, dan puisi sufi

Di kota Banjarmasin
Setahun sekali, mencicipi aneka jenis kue dan
masakan khas etnis Banjar yang diperjual-belikan orang di Pasar Wadai Ramadhan
Pasar khas yang cuma dibuka pada setiap bulan puasa

3
Datanglah ke Kabupaten Barito Kuala
Pintu gerbang di sungai Barito telah dibuka lebar
Para penyanyi folksong telah siap
menyanyikan lagu-lagu rantauan

Dari kota Marabahan
Menyusuri sungai Barito
Singgah di pulau Kembang bercengkrema dengan kera-kera jinak
Atau ke pulau Kaget mengintip kehidupan Bekantan liar
Menyusuri sungai Barito
menikmati pemandangan rumah lanting
rakitan kayu gelondongan dan
cerobong asap pabrik kayu lapis

4
Datanglah ke Kotif Banjarbaru
Pintu gerbang di sungai Basar telah dibuka lebar
Para penari japin sisit telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Dari kota Banjarbaru
Mengunjungi Museum Negeri Lambung Mangkurat mengamati benda-benda seni bernilai sejarah
atau mengamati benda-benda budaya suku bangsa setempat

5.
Datanglah ke Kabupaten Banjar
Pintu gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para pemain musik kintung telah siap melantunkan irama dinamis penggugah semangat kerja

Di desa kecil Sarang Tiung
Menyaksikan para pendulang intan
Mengadu nasib mencari butiran intan
Di balik batu-batu gunung bertimbun



Datanglah ke Kabupaten Banjar
Pintu gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para penari Kenanga Dalam telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota Martapura
Menyaksikan para penggosok intan tradisional
Mengolah intan mentah jadi berlian berkilauan
Kemudian singgah ke toko-toko permata
Mengamati batu-batu mulia dalam pajangan lemari kaca

Datanglah ke Kabupaten Banjar
Pintu gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para pemain musik kintung telah siap melantunkan musik-musik manis penggugah hasrat berdendang

Di desa kecil Kalampaian, ziarah ke makam wali Allah
Syeikh Muhammad Arsyad al Banjari yang keramat
Pengarang kitab Sabilal Muhtadin yang terkenal
Di sini khusuk tafakur merenungkan jatidiri
Mengenangkan jasa-jasa aulia sambil mendoakannya
Semoga arwah beliau selalu tenteram di sisi-Nya

6
Datanglah ke Kabupaten Tapin
Pintu gerbang di sungai Tapin telah dibuka lebar
Para teater mamanda telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota kecil Binuang mencicipi rimpi
Pisang yang diselai dengan sinar matahari
atau berkunjung ke gua Batu Hapu
mengamati stalagtit stalagmitnya

Datanglah ke Kabupaten Tapin
Pintu gerbang di sungai Tapin telah dibuka lebar
Para penari gandut telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota kecil Margasari
menyaksikan batu-batu bekas bangunan candi Laras
Candi Budha yang dulu dibangun oleh Maharaja Sekar Sungsang
Setelah itu menyaksikan warga setempat menganyam rotan di langkan


7.
Datanglah ke Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Pintu gerbang di sungai Amandit telah dibuka lebar
Para penyanyi folksong telah siap
menyanyikan lagu-lagu Paris Tangkawang

Di kota Kandangan mencicipi ketupat
Setelah itu berjalan kaki ke Loksado
Mengunjungi suku Bukit yang masih primitif
Pulangnya naik rakit menyusuri sungai Amandit

Datanglah ke Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Pintu gerbang di sungai Amandit telah dibuka lebar
Para pemain musik kurung-kurung telah siap
Melantunkan bunyi-bunyi mistis penggiriang tarian sakral

Di desa Loksado mengamati
aruh ganal pada setiap habis panen
atau menguji daya tahan fisik dan psikis
Mengarungi jeram-jeram di sepanjang sungai Amandit

8.
Datanglah ke Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Pintu gerbang di sungai Alai telah dibuka lebar
Para penyanyi folksong telah siap menyanyikan
lagu-lagu Lalan yang mengundang hasrat berdendang

Di kota Barabai mencicipi kue apam
Setelah itu mendaki bukit Pagat
Gugusan batu gunung yang bentuknya mirip perahu
Itulah konon perahu Raden Penganten yang dikutuk jadi batu
Lantaran durhaka pada sang ibu

Datanglah ke Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Pintu gerbang di sungai Alai telah dibuka lebar
Para dalang dan penari topeng telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di desa Barikin, setahun sekali pada bulan Shafar
Warga setempat membersihkan desa
dengan ritus Manyanggar Banua
Sambil membakar dupa mereka membaca mantra-mantra
Setelah itu mereka trance, menari-nari
sambil memanggil-manggil nama arwah para leluhur

Mereka arak seperangkat sajen kepala kambing dan kue ketan
Lalu histeris memanggil Datu Barikin yang perkasa

9.
Datanglah ke Kabupaten Hulu Sungai Utara
Pintu gerbang di sungai Balangan telah dibuka lebar
Para penari kuda gipang seba telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota Amuntai, mengunjungi situs candi Agung
Candi Hindu yang dulu dibangun oleh Empu Jatmika yang perkasa
Setelah itu naik kelotok ke danau Panggang menyaksikan kerbau kalang
atau mengunjungi kota kecil Alabio yang terkenal dengan itik unggulnya

10
Datanglah ke Kabupaten Tabalong
Pintu gerbang di sungai Tabalong telah dibuka lebar
Para penari bangsai bakanjaran telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota Tanjung
Menyaksikan penambangan minyak di Sumur Kili
Setelah itu naik ojek ke desa Warukin
Mengunjungi suku Dayak yang berumah di bukit-bukit

11
Datanglah ke Kabupaten Tanah Laut
Pintu gerbang di sungai Maluka telah dibuka lebar
Para penari simbangan burung laut telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota Pelaihari, memandang hijaunya
kebun tebu di sepanjang kaki bukit
Setelah itu menikmati keindahan pantai Batakan
Lalu mengunjungi benteng Tabonio

12
Datanglah ke Kabupaten Kotabaru
Pintu gerbang di sungai Satui telah dibuka lebar
Para penari burung tarabang telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di Kotabaru, mencicipi seafood
Setelah itu bertualang menyusuri gua tamu luang

atau bersemedi di gua Sugung yang sepi di tengah hutan
kemudian mengemudikan layar ke pulau Sabuku
Datanglah ke Kabupaten Kotabaru
Pintu gerbang di sungai Satui telah dibuka lebar
Para penari Masukkiri telah disiapkan

Menyambut kedatangan para wisatawan


Di pantai Pagatan, setahun sekali
Mengikuti keramaian Mappanre Tasi
Upacara adat nelayan Bugis
Memberi makan laut dan makan bersama di laut

13
Datanglah ke negeri seribu sungai
Pintu gerbang telah dibuka lebar



Tajuddin Noor Ganie

DI TANAH KOREA

AKU TERKENANG TANAH BANJAR


Di Tanah Korea aku tergoda
Puncak gunung Paek-du san
yang tinggi menjulang mencapai awan
dan sungai Yalu yang meliuk-liuk
di pinggang-pinggang pegunungan

Angin musim gugur yang melintas pelan-pelan
di pucuk-pucuk pagoda dan pohon-pohon cemara
diam-diam menaburkan harum bunga
dari puncak gunung Paek-du san di hulu
sampai ke tiang-tiang layar di pelabuhan Pusan di hilir

Musim gugur di puncak gunung Paek-du San
aku terkenang Meratus, dataran tinggi Tanah Banjar
yang memanjang dari Tabalong di hulu
hingga ke Kotabaru di hilir

Musim gugur di puncak gunung Paek-du San
aku terkenang Meratus di musim kemarau
Musim kemarau di Meratus
musim paling sibuk bagi para petani di desa-desa
musim kemarau di Meratus
musim piknik ke desa-desa bagi muda-mudi kota

Musim kemarau di Meratus
angkasa lebih biru dari yang biru
udara berubah menjadi anggur yang memabukkan
pegunungan menjadi lebih hidup
dengan warna kuning gemerlapan
dan warna-warna merah semarak bunga-bunga hutan

Musim kemarau di Meratus
musim panen bagi petani di desa-desa
musim kemarau di Meratus
musim pesta bagi muda-mudi di kota

Di Tanah Korea aku tergoda
oleh rumah-rumah beratap jerami
di kota Suwon, di sini aku betah berlama-lama
menghabiskan musim semi yang indah
Musim semi di Tanah Korea
musim bunga cherry bermekaran di pulau Cheju-do
padang rumputan yang menghijau di tepi danau
tampak semarak dengan kelepak sayap
burung-burung pindahan yang singgah berbiak
sebelum pergi ke Cina dan Siberia

Musim semi di kota Suwon
aku terkenang Meratus
Musim semi di kota Cheju-do
aku terkenang Meratus

Meratus, tempat berhulu sungai Amandit
Meratus, tempat berhulu sungai Barabai
Meratus, tempat berhulu sungai Martapura
Meratus, tempat berhulu seribu sungai lainnya
Musim semi di kota Suwon
aku terkenang musim hujan di Meratus
Musim semi di kota Cheju-do
aku terkenang musim hujan di Meratus

Musim hujan di Meratus
musim tenang bagi petani
musim hujan di Meratus
musim menikmati hasil panen
musim hujan di Meratus
musim menulis puisi bagi penyair
musim hujan di Meratus
musim bercinta bagi pengantin baru

Di Tanah Korea, aku terkenang Tanah Banjar

di puncak gunung Paek-dusan

aku terkenang Meratus

di kota Suwon aku terkenang Meratus

di kota Che-ju do aku terkenang Meratus

Dari Tanah Korea

aku berseru : jangan obok-obok Meratus!

Banjarmasin, Hari Bumi, 22 April 2000



Tajuddin Noor Ganie

PERANG BANJAR

1596

Cornelis de Houtman

seorang nakhoda Belanda
tiba di Banten mencari lada di pasar bebas
Tapi, gulden Belanda tak laku di Banten
Tak ada pedagang lada
yang mau berdagang dengan mereka
Cornelis de Houtman menjadi murka karenanya.

Kalau begitu, kita rampok saja lada mereka!


Malam, ketika bulan sabit
menyipit di langit Banten
Anak buah Cornelis de Houtman
menyerbu masuk ke sebuah kapal besar
yang sarat dengan muatan lada
Pemiliknya, seorang saudagar Banjar
tak bisa berbuat apa-apa
kecuali mengelus dada
menerima nasib yang buruk.

7 Juni 1607
Koopman Cillis Michelszoon
nakhoda Belanda yang lain
tanpa singgah di Banten
langsung datang ke Banjarmasin.
Aku, Koopman Cillis Michelszoon
datang ke mari sebagai pedagang
Aku orang Belanda
tapi bukan Cornelis de Houtman
Aku bukan perampok
Aku datang ke Banjarmasin
ingin berdagang dengan semangat
saling menguntungkan

Anak saudagar Banjar yang dulu
menjadi korban perampokan
Cornelis de Houtman
juga datang ke pelabuhan
menyambut mesra kedatangan
Koopman Cillis Michelszoon.
Selamat datang di Tanah Banjar
Kisah lama yang kusam
sudah lama aku lupakan”

Tapi, entah bagaimana cerita persisnya
Setelah mereka bersukaria
semalam suntuk bercandaria
Besok pagi terbetik berita
Koopman Cillis Michelszoon
dan semua awak kapalnya
tewas terbunuh bergelimpangan
sebagai korban pembunuhan.

1612
Subuh ketika bulan sabit
mengintip di langit Tanah Banjar
kapal perang Belanda tiba-tiba merapat
ke pulau Kembang, Dari kejauhan mereka
menembaki para pedagang
di pasar terapung muara Kuin
Para pedagang kocar-kacir dibuatnya.

1626
Lada yang panas membuat Belanda tak kenal jera
Kali ini mereka datang dengan kapal Doon
Aneh tapi nyata, niaga lada
kali ini berlangsung mulus
tak ada pistol meletus
tak ada mandau terhunus.

1634
Siang, ketika matahari
mengelupas kulit ari.
Coysbert van Loudestega
datang membawa armada Belanda
Kali ini mereka datang bukan untuk berdagang
tapi untuk mendiktekan kehendak berkuasa
atas monopoli perdagangan lada.

1635
Suksesi yang ricuh di Kerajaan Banjar
memberi peluang bagi masuknya
pengaruh Belanda dalam kancah politik
antarbangsawan Banjar
Ketika yang menang adalah raja Banjar
yang dibantu Belanda, maka terbukalah jalan
untuk menjajah Tanah Banjar.

Diplomasi hutang budi yang mencuat
dalam kemelut yang disulut intrik politik
pecah belah dan hancurkan
membuat raja Banjar yang dibantu Belanda
tak kuasa menolak apapun kehendak
yang didiktekan Belanda.

Mula-mula monopoli perdagangan lada
lalu erakan kerja paksa membangun jalan raya
dan yang paling celaka Belanda
akhirnya juga bisa mendiktekan suksesi.

1 November 1857
Sultan Adam yang mangkat
meninggalkan wasiat keramat
bahwa cucunya Pangeran Hidayatullah
harus dirajakan

Tapi Belanda tak pernah peduli pada
wasiat keramat dan kehendak rakyat.
3 November 1857
Residen Belanda dengan paksa
menobatkan raja boneka Pangeran Tamjid Dillah.

Pangeran Antasari, seorang bangsawan Banjar
tubuhnya gemetar menahan marah.
Ini penghinaan yang tiada tara
bagi kedaulatan Kerajaan Banjar
Orang Belanda sudah terlalu jauh
ikut campur dalam urusan pribadi tanah air kita
Suka atau tidak suka,
masalah suksesi adalah hak
yang paling pribadi dari seorang Raja Banjar
Pangeran Hidayatullah harus dirajakan
barang siapa berani melanggar wasiat itu
terkutuklah dia tujuh turunan.

Hai, rakyat Banjar yang cinta
dan setia pada tanah air tercinta
Ikutlah bersamaku dalam
barisan perang melawan penjajah Belanda
Kita bentuk barisan jihad fii sabilillah
Kita usir Belanda dari Tanah Banjar tercinta.

28 April 1859
Pecahlah Perang Banjar yang dahsyad itu
Seruan jihad Pangeran Antasari
bergema ke mana-mana
disambut di mana-mana

Bergema di Banua Ampat

disambut Temenggung Jalil

Bergema di Margasari
disambut Aling dan Sambang
Dari Margasari mereka berjalan kaki
menyerbu Gunung Jabuk
perkebunan karet milik Belanda.

Bergema di Amandit
disambut Temenggung Antaluddin
dan Panglima Cakrawati
Dari Amandit mereka
berjalan kaki menuju Tambai
menggempur habis pasukan Belanda
yang berjaga di sana.

Bergema di Tanah Laut
disambut Haji Buyasin dan Pembekal Bungur
Di sini mereka menyerbu masuk ke Benteng Tabonio.


Bergema di Tanah Barito
disambut Temenggung Surapati
Di Lontotur mereka berjaya
mencegat kapal Onrust Belanda
Semua awak kapalnya dibantai
dan kapalnya ditenggelamkan
ke dasar sungai Barito.

Bergema di Tanah Kahayan
disambut Mangkusari
Bergema di Tanah Kapuas
disambut Singapati
Perang Banjar
Perang yang dahsyad
Haram manyarah
Pantang mundur
Waja sampai ka puting

Perang Banjar
Perang yang dahsyad
Haram manyarah
Kukuh teguh hingga merdeka
Waja sampai ka putting






















Tajuddin Noor Ganie

BANYAK BICARA
BANYAK BERKATA-KATA

Memang ada pepatah
Atau petuah lama
Yang melarang kita
Banyak bicara
Banyak berkata-kata
Diam itu emas
Banyak mulut badan binasa
Sedikit bicara banyak kerja

Tapi, mungkinkah kita
Tidak banyak bicara
Tidak banyak berkata-kata
Jika kita bukan maling
Bukan koruptor
Yang harus harus bekerja
Tanpa banyak bicara
Tanpa banyak berkata-kata

Kita harus banyak bicara
Banyak berkata-kata
Jika kita seorang anggota DPR,
Dosen ulama, hakim, jaksa

Sastrawan, widyaiswara
Atau penjual obat di kaki lima
Memang banyak orang celaka
Gara-gara banyak bicara
Banyak berkata-kata
Sri Bintang Pamungkas
Budiman Sudjatmiko
Masuk penjara
Gara-gara banyak bicara
Banyak berkata-kata

Memang sudah banyak
darah mengalir
Air mata tertumpah
Gara-gara ada orang
Banyak bicara
Banyak berkata-kata
Di forum bisik-bisik
Atau di tengah-tengah
Kerusuhan massa
Yang bersifat SARA

Tapi bagaimana kita
Tidak banyak bicara
Tidak banyak berkata-kata
Jika kemahiran berbicara
Dan berkata-kata
Adalah sumber nafkah
Kita yang utama
Pengacara, guru, sarjana,
Wartawan, penyiar, atau
Para bintang iklan di layar kaca
Tak mungkin dilarang bicara
Dilarang berkata-kata
Karena mereka memang hidup
Dari kemahiran berbicara
Dan berkata-kata

Memang banyak yang diuntungkan
Dengan tidak banyak bicara
Tidak banyak berkata-kata
Anggota DPR yang 5D
Sangat menikmati kebiasaan ini
Mereka konon cuma datang, duduk
Dengar, diam, dan duit

Mereka tidak merasa perlu
Banyak bicara
Banyak berkata-kata
Tidak perlu vokal
Untuk apa kata mereka?

Nanti malah direcal seperti

Bambang Warih Koesoema
Hingga hilang sumber nafkah
Berjuta-juta rupiah
Rugi besar! kata merekla

Tapi jika harus bicara juga

Jika harus berkata-kata juga
Mereka akan bicara
Akan berkata-kata
Dengan kata-kata yang sama
Yang sudah dihafal di luar kepala
Yayayaya!, atau setuju!

Memang lebih aman

Membentuk vokal group seperti itu
Daripada vokal sendirian
Nanti malah direcal sendirian
Jadi korban sendirian

Seperti bertepuk tangan
Berkata-kata tidak boleh
Dilakukan sendirian
Nanti malah dikira
Orang gila

Berkata-kata tidak boleh sepihak
Dari atas ke bawah
Itu bukan dialog
Itu instruksi atau
Bahkan intimidasi

Berbcara dan berkata-kata
Tidak boleh sepihak
Dari bawah ke atas
Itu bukan dialog
Tapi gossip, fitnah, protes,
Grafiti, selebaran gelap
Atau bahkan anarki
Itu… bahaya!!!!!!!!!!!














Tajuddin Noor Ganie

ZIKIR PANCAINDRA
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Sungai-sungai yang airnya mengalir
dari balik bebatuan di kaki-kaki bukit rimbun
kata orang bermuara di lautan lepas
padahal air sungai-sungai itu
bermuara di ujung lidah-lidah kita
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Kayu-kayu gelondongan yang milir
di sungai-sungai yang gelisah
kata orang bermuara di lidah-lidah
mesin-mesin pencacah kayu-kayu belah bergetah
padahal, penebangan pohon-pohon
di kaki-kaki bukit rimbun
akhirnya membuat angin
yang bertapa di gurun-gurun
leluasa menerbangkan duri-duri pasir
ke ruang-ruang semesta
lalu menebar-nebarkannya
ke kelopak mata kita yang rabun senja
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Bunyi mesin yang menderu-deru
di pabrik-pabrik kayu lapis
kata orang mengembara
mengikuti arah angin ke segenap semesta
padahal, deru mesin-mesin yang gemuruh itu
akhirnya melaju dan masuk ke dalam
gendang-gendang telinga kita
lalu dengan leluasa mendendangkan
lagu-lagu hewaniah di sana
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Asap hitam yang mengepul-ngepul
di cerobong-cerobong pabrik kayu lapis
kata orang mengembara
ke balik-balik awan nun jauh di sana
padahal, asap hitam yang mengepul-ngepul itu
tidak pergi ke mana-mana
ia cuma melayang-layang sejenak
kemudian turun ke bumi
dan menyusup diam-diam
ke dalam paru-paru kita
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Limbah pabrik kayu lapis
atau sampah-sampah rumah tangga
yang kita tumpahkan tanpa rasa bersalah
ke sungai-sungai yang mengalir gelisah
kata orang menguap jadi makanan lelumutan
padahal warnanya yang pasi
diam-diam menyusup masuk ke dalam pori-pori
dan kemudian bergerak leluasa
mencari mangsa di kulit jangat kita
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Banjarmasin, 7 Mei 1991















Tajuddin Noor Ganie

ZIKIR TANAH WARISAN
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Bayang-bayang siapa yang memekat
membuat pelangi pucat di langit barat
sungai terguguk mengidap rabuk lumut
air asinnya mengombak gugup ke laut
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Kupanggil angin, angin bisu
Kupanggil burung, burung bisu
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Lalu, bayang-bayang siapa yang menghitam
menghambur-hamburkan bubuk racun
di tanah warisan ini
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Malam ini bulan mestinya menata langit
menata kilau bintang, menjaga tanah warisan
dari amukan hujan dari amukan badai
tapi kenapa bulan pucat pasi?
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Kupanggil angin, angin bisu
Kupanggil burung, burung bisu
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Lalu, bayang-bayang siapa yang menghitam
menghambur-hambur bubuk racun
di tanah warisan ini
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Akh, bila isyaratku
tak disahut angin tak disahut burung
kutadahkan tangan ke langit dan kupuji Tuhan
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Sampai rubuh
bersimpuh di kaki-Nya
Yang Maha Kukuh
Allahhuakbar
Allahhuakbar
Allahhuakbar
Allah Maha Besar






























Tajuddin Noor Ganie

SETELAH MERDEKA

Setelah merdeka
negeriku semakin kaya raya
tapi mengapa tidak semua orang
hidup berkecukupan?

Mengapa di kota-kota
masih banyak kutemukan
orang-orang estapa
orang-orang bugil yang tengah
menanggungkan beringas badai tak berbelas

Mengapa di desa-desa
masih banyak kutemukan orang-orang nestapa
orang-orang tak berumah
yang perutnya buncit
tapi tak berisi nasi

Setelah merdeka
negeriku semakin kaya raya
tapi mengapa tidak semua orang
hidup berkecukupan?

Akh, setelah merdeka
negeriku cuma milik
para pejabat korup

orang-orang yang membangun kehormatan
dengan memonopoli kekuasaan

Akh, setelah merdeka
negeriku cuma milik
para pejabat korup
yang kaya raya karena
berkuasa secara semena-mena

Akh, setelah merdeka
negeriku cuma milik
para konglomerat serakah
orang-orang yang dipercaya
mengelola monopoli ekonomi
oleh para penguasa negeri ini

Akh, setelah merdeka
negeriku cuma milik
para konglomerat serakah
orang-orang yang kaya raya
karena fasilitas penguasa

Setelah merdeka
negeriku semakin kaya raya
tapi kekayaan itu bukan milik kami
buktinya, hingga kini kami masih hidup
di bawah garis kemiskinan

Setelah merdeka
negeriku semakin kaya raya
tapi mengapa tidak semua orang
hidup berkecukupan?

Karena negeriku telah menjadi
milik para pejabat korup
karena negeriku telah menjadi
milik para konglomerat serakah

Ya, keduanya adalah komunitas
kelas menengah atas
yang saling berkolusi
mengatur demokrasi politik
di gedung dewan perwakilan rakyat

Setelah merdeka
negeriku semakin kaya raya
tapi kekayaan itu bukan milik kami
buktinya hingga kini kami masih hidup
di bawah garis kemiskinan

Setelah merdeka
negeriku semakin kaya raya
tapi mengapa tidak semua orang
hidup berkecukupan?

Karena negeriku telah menjadi
milik para pejabat korup
karena negeriku telah menjadi
milik para konglomerat serakah

Ya, keduanya adalah komunitas
kelas menengah atas
yang saling berkolusi
mengatur demokrasi ekonomi
mengelola hak monopoli

Ya, setelah merdeka
negeriku yang kaya raya
cuma milik para pejabat korup
Ya, setelah merdeka
negeriku yang kaya raya
cuma milik para konglomerat serakah

Hai
mereka yang senasib denganku
mereka yang hidup di bawah
garis kemiskinan
hari ini aku mengingatkan kalian
tentang satu hal yang pincang

Para pejabat korup
yang berkuasa secara semena-mena
dan para konglomerat serakah
yang kaya raya tetapi tetap loba
adalah musuh kita bersama

Orang-orang itulah
yang berkolusi mengelola
demokrasi politik

hingga kebebasan demokrasi kita
menjadi teraniaya

orang-orang itulah
yang berkolusi mengelola
demokrasi ekonomi
hingga kehidupan ekonomi kita
menjadi tidak merata

Mereka yang berkuasa
semakin berkuasa
Kita sendiri yang tidak berkuasa
semakin papa saja


Orang-orang itulah
musuh kita bersama
Ganyang!















MEMANFAATKAN KARYA SASTRA
SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh Tajuddin Noor Ganie, M. Pd

Hingga saat ini pendidikan masih diyakini sebagai sarana yang mumpuni untuk membangun kepribadian dan kecerdasan anak bangsa di tanah air kita. Segala sesuatu yang bersentuhan dengan kepentingan pendidikan anak bangsa ini senantiasa dicermati, dibangun, dan dikembangkan dengan tujuan agar dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang berkarakter prima sekaligus juga cerdas secara intelektual.
Pada kurun waktu 5 tahun terakhir ini muncul gagasan untuk lebih menggalakkan lagi pendidikan karakter di semua tingkatan pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi (sarjana strata 1). Gagasan ini mencuat ke permukaan dengan begitu kuatnya karena dipicu oleh kekhawatiran banyak pihak yang melihat bahwa proses pendidikan formal yang berlangsung di semua tingkatan persekolahan dan perguruan tinggi di tanah air kita selama ini pada umumnya cuma melahirkan anak bangsa yang cerdas secara intelektual saja, tetapi tidak bermental tangguh, dan berperilaku tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yang mulia.
Perilaku yang tidak sesuai dengan tujuan mulia pendidikan itu antara lain tergambar dari semakin banyaknya pelaku korupsi di tanah air kita yang jika ditelisik dengan seksama tidak lain adalah para pejabat aparatur negara yang berlatar belakang pendidikan tinggi alumni PTN/PTS ternama di tanah air kita. Fakta ini baru saja diungkapkan dengan telak oleh Bapak Marzuki Ali Ketua DPRRI. Para pihak yang merasa terusik dengan tudingan keras itu langsung bereaksi dengan keras pula.
Tindakan anarkis yang kerap terjadi di jalan-jalan di berbagai kota besar, kota sedang, kota kecil, atau bahkan di kota-kota sangat kecil di pelosok-pelosok negeri, seperti tawuran pelajar atau demonstrasi yang pada mulanya berlangsung damai kemudian berubah menjadi kerusuhan social berbau SARA, yang semakin kerap terjadi, merupakan petunjuk nyata bahwa ada yang tidak beres dengan karakter anak bangsa di tanah air kita.
Situasinya menjadi semakin runyam, karena aparatur negara yang bertugas memelihara stabilitas keamanan di tanah air kita cenderung menyederhanakan persoalan yang sangat serius ini dengan cara berkelit dan dengan entengnya menuding para provokator sebagai biang kerok atau kambing hitamnya. Mereka tidak pernah tertarik untuk mengurai apalagi membabat habis akar permasalahan yang menjadi pemicu latennya, akibatnya kasus anarkis semacam itu selalu berulang dan terus berulang dari rezim ke rezim.
Fakta lain adalah semakin maraknya kasus KTD (kehamilan yang tidak dikehendaki) di tanah air kita. Angka kasusnya tidak tanggung-tanggung, yakni antara 150-200 ribu kasus per tahun. Tendensinya tidak pernah menyusut dari tahun ke tahun, tetapi semakin membengkak. Kasus KTD ini sangat memprihatinkan dan sangat menggiriskan hati karena pelakunya bukanlah pasangan suami/isteri yang gagal ber-KB (keluarga berencana), tetapi adalah pasangan muda-mudi yang sebagian besar di antaranya masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa. Mereka inilah yang tanpa rasa bersalah melakukan hubungan badan di luar nikah, perbuatan asusila ini mereka lakukan karena karakter mental mereka yang lemah.
Fakta-fakta yang memiriskan dan menggiriskan hati ini harus segera dieliminir dengan berbagai cara yang mungkin dilakukan, salah satu di antaranya adalah dengan menggalakkan kembali pendidikan karakter (budi pekerti) terhadap segenap anak bangsa. Konsep pendidikan karakter ini menurut Azeet (2011:12) sesungguhnya sudah ada sejak tahun 2003, dalam hal ini sudah dituangkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (selanjutnya ditulis UU 20/2003 tentang SPN). Disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi sebagai mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan karakter kepada anak didik di sekolah atau kepada para mahasiswa di perguruan tinggi dilakukan melalui bahan ajar atau bahan kuliah yang diresmikan dalam kurikulum. Salah satu bahan ajar atau bahan kuliah dimaksud adalah karya sastra berbentuk puisi, cerpen, novel, dan naskah drama. Potensi karya sastra sebagai sarana pendidikan karakter sudah diketahui sejak lama. Istilah sastra sendiri merujuk kepada fungsinya sebagai sarana pengajaran, yakni sas artinya alat dan tra artinya mengajar, Jadi sastra pada galibnya adalah sarana untuk mengajar manusia.
Berkaitan dengan kepentingan menjalankan fungsinya sebagai actor pendidikan karakter ini maka para sastrawan akan langsung mendapat hujatan public jika di dalam karya sastranya dimuati dengan hal-hal yang tidak senonoh seperti pornografi misalnya. Sehubungan dengan itu kita semua hendaknya mendukung usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk membersihkan perpustakaan sekolah dari bahan bacaan berupa karya sastra yang isinya berpotensi merusak karakter anak bangsa.
Hasil investigasi yang dilakukan oleh para wartawan menunjukkan bahwa dari sekian banyak buku-buku sastra yang dipasok ke perpustakaan sekolah ditemukan adanya buku-buku sastra yang diselipi dengan narasi-narasi atau dialog-dialog yang berkonotasi pornografi. Menghadapi kasus ini pihak pemerintah mengambil jalan mudah, yakni menarik buku-buku sastra bermuatan pornografi dimaksud. Padahal, para pihak yang bertanggung jawab atas lolosnya buku-buku sastra yang tidak senonoh itu ke wilayah dalam sekolah dimaksud mestinya diproses secara hukum, karena mereka telah memboroskan uang negara dalam jumlah milyaran rupiah (dalam bentuk proyek pengadaan buku) untuk menerbitkan buku-buku sastra yang tidak layak pakai. Termasuk dalam kasus ini adalah buku bacaan yang disisipi dengan gambar fisik Nabi Muhammad Saw.
Merujuk kepada UU 20/2003 tentang SPN, maka kualitas pribadi yang akan dibentuk melalui system pendidikan nasional adalah anak bangsa dengan kualitas pribadi sebagai berikut.
  1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa
  2. Berakhlak mulia
  3. Sehat
  4. Berilmu
  5. Cakap
  6. Kreatif
  7. Mandiri
  8. Demokratis, dan
  9. Bertanggung jawab
Ini berarti karya sastra yang dapat dijadikan sebagai sarana pembentukan karakter anak bangsa adalah karya sastra yang dapat membentuk karakter anak bangsa dengan kualitas pribadi sebagaimana yang dipaparkan di atas.
Pendidikan karakter yang ditanamkan secara tersurat dan tersirat dalam karya sastra meliputi 4 katagori, yakni.
  1. Pendidikan karakter yang berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Esa, meliputi (1) berkeyakinan (2) bersikap, (3) berkata-kata, dan (4) berperilaku, sesuai dengan ajaran agama yang dianut
  2. Pendidikan karakter yang berkaitan dengan diri sendiri, meliputi : (1) kejujuran, (2) bertanggung jawab, (3) rasa percaya diri, (4) disiplin, (5) bekerja keras, (6) mandiri, (7) rasa ingin tahu, (8) berjiwa wirausaha, dan (9) bergaya hidup sehat.
  3. Pendidikan karakter yang berkaitan dengan sesama manusia, meliputi (1) membela hak dan memenuhi kewajiban diri sendiri, (2) menghormati hak dan kewajiban orang lain, (3) berguna bagi orang lain, (4) berkata-kata dan berperilaku santun terhadap orang lain, dan (5) patuh dan taat pada aturan social.
  4. Pendidikan karakter yang berkaitan dengan lingkungan meliputi (1) peduli social, (2) peduli lingkungan, (3) menghargai nilai-nilai kebangsaan, dan (4) berpikir nasionalis.
Pertanyaannya sekarang adalah sudah adakah sastrawan Indonesia yang menulis puisi, cerpen, novel, dan naskah drama yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan karakter? Jawabnya : sudah banyak sekali. Salah satu di antaranya adalah Andrea Hirata (AH) dengan tetralogi Laskar Pelangi (LP).
Menurut kesaksian Asrori S. Karni (2008:1-2), novel LP telah menginspirasi banyak orang untuk berderma. Ceritanya, setelah membaca LP, belasan orang pengusaha keturunan Tionghoa yang merantau ke Jakarta tergerak hatinya untuk pulang kampung bersama. Selama ini mereka terlalu asyik menikmati kesuksesan di tanah rantau sehingga sudah puluhan tahun tak pernah pulang kampung ke Belitong.
Mereka pulang kampung bersama dengan cara berkonvoi menaiki sembilan buah mobil yang berjalan beriringan dari Tanjung Pandan (Belitong Barat) ke kampung Gantung (Belitong Timur). Tidak hanya sekadar pulang kampung untuk melampiaskan rindu dendam dengan mengenang nostalgia lama masa kecil dan remaja, tetapi juga datang dengan tujuan untuk menyerahkan derma patungan mereka kepada Lintang. Lintang adalah anggota LP yang paling genius, namun nasibnya paling malang, karena sekolahnya terputus di tengah jalan setelah ayahnya meninggal dunia.
Bagi para pengusaha Tionghoa, LP telah membangkitkan kembali karakter mereka sebagai anak bangsa yang peduli social (termasuk dalam lingkup pendidikan karakter yang berkaitan dengan lingkungan). Sehubungan dengan contoh kasus di atas, LP dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk menanamkan pendidikan karakter berakhlak mulia menurut rujukan UU 20/2003 tentang SPN.
Masih menurut kesaksian Asrori S. Karni (2008:2), di Bandung, isakan tangis beberapa kali terdengar dari kamar Nico, mahasiswa pecandu narkoba yang dikenal keras kepala. Orang tuanya penasaran, setelah diintip, Nico ternyata sedang membaca buku Laskar Pelangi. Kepada orang tuanya, Kosasih dan Winarti, Nico mendadak menyatakan tekadnya untuk menyelesaikan rehab ketergantungan obat. Padahal, rehab itu berkali-kali gagal. Sampai orang tuanya putus asa.
Nico juga mau mengerjakan skripsinya, yang sudah setahun ditinggalkan. Laskar Pelangi membangkitkan semangat belajar. “Nico bilang, ia merasa malu pada perjuangan ibu guru di buku itu, dan malu pada Lintang, anak miskin yang terpaksa berhenti sekolah karena ayahnya meninggal dan kekurangan biaya,” tulis Winarti pada program Kick Andy. “Nico menjadi anak baik karena sebuah novel. Novel itu adalah Laskar Pelangi.”
Kasus tobatnya Nico setelah membaca LP merupakan petunjuk bahwa LP telah terbukti dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan karakter bagi anak bangsa. Dalam hal ini sebagai sarana untuk menanamkan semangat untuk kembali hidup sehat (pendidikan karakter yang berkaitan dengan diri sendiri, yakni bergaya hidup sehat) dan kembali mau menuntut ilmu (pendidikan karakter yang juga berkaitan dengan diri sendiri, yakni bekerja keras).
Di Cirebon, guru honorer SD Negeri Pamijahan, bernama Maisaroh, tak peduli lagi besar gaji atau peluangnya diangkat jadi pegawai negeri. Setelah membaca Laskar Pelangi, ia makin bersemangat memotivasi murid-muridnya yang sebagian besar anak buruh pengayam rotan. Soal rezeki, ia serahkan kepada pada keadilan Tuhan. Semangat Maisaroh tercambuk oleh dedikasi Bu Muslimah, yang gaji dan fasilitasnya jauh lebih memprihatinkan, namun bisa memompa semangat muridnya, hingga ada yang mampu meraih gelar master di Eropa. Kebahagian tertinggi Maisaroh ini kini adalah bagaimana muridnya tidak lagi putus sekolah, selepas SD, masih mau melanjutkan ke jenjang SMP (Karni, 2008:2-3).
Bagi Maisaroh, LP telah membangkitkan karakternya sebagai guru yang berakhlak mulia dan berguna bagi orang lain. Maisaroh bersedia hidup pas-pasan dengan gaji yang kecil demi menjaga semangat anak didiknya agar tetap mau sekolah meskipun hidup berada di bawah tekanan kemiskinan yang begitu ekstrim menderanya (pendidikan karakter yang berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Esa, yakni bekeyakinan sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, dan pendidikan karakter yang berkaitan dengan sesama manusia, yakni berguna bagi orang lain).
Sementara itu, di tempat lain, sejumlah pemuda yang selalu resah mengutuk nasib tiba-tiba mendapat kekuatan batin baru untuk bangkit dari mental cengeng. Kalangan marginal, yang selama ini tidak diperhitungkan, sehingga minder dan inferior, mendapat suntikan kepercayaan diri baru yang menyalak-nyalak. Orang tua jadi punya cara menuturi anak-anaknya. Pasangan muda-mudi jadi punya bahasa untuk mengungkapkan cinta. Bahkan, gubernur, bupati, walikota, jadi punya inovasi baru untuk memompa stamina warga yang lesu. Itulah situasi yang oleh sejumlah orang dinamakan fenomena Laskar Pelangi. Tetralogi karya Andrea Hirata ini telah mengalami multi level marketing spirit. Semangat pantang menyerah telah bergulir efektif dari mulut ke mulut. Tengah terjadi interaksi diam-diam membentuk etos public yang kuat (Karni, 2008:7-8).
Fakta yang dipaparkan di atas menunjukkan bahwa LP telah menjadi pemicu terbentuknya kembali karakter mental mandiri yang selama ini hilang entah ke mana di dalam rimba psikologis mereka (pendidikan karakter yang berkaitan dengan diri sendiri, yakni mandiri dan percaya diri.
Mira Lesmana (dalam Karni, 2008:155-156) memberi kesaksian bahwa “Laskar Pelangi adalah potret genuine orang Indonesia yang pantang menyerah. Laskar Pelangi adalah cerita tentang kaum underdog, orang yang tidak dipertimbangkan, mereka yang hidupnya dikotak-kotakkan, dan dianggap tidak mampu. Tapi, spirit mereka luar biasa membuat kita merindukan kembali orang Indonesia. Inilah orang Indonesia. Spirit bangsa ini harus dibangun kembali.”
Bagi Mira Lesmana, karakter tahan banting, ulet, pantang menyerah, dan penuh semangat itulah sifat asli orang Indonesia, yang diwariskan nenek moyang nusantara. “Itulah orang Indonesia yang sesungguhnya. Tidak gampang menyerah, walaupun dikotak-kotakkan oleh nasib, tapi maju terus,” katanya dalam diskusi buku di Istora Senayan Jakarta, awal Juli 2008 (Karni, 2008:156-157).
Mengikuti pandangan Mira Lesmana di atas, LP merupakan karya sastra yang tak pelak lagi memenuhi criteria sebagai karya sastra yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan karakter bagi segenap anak bangsa di segala tingkatan. Dalam hal ini dapat dimanfaatkan untuk memupuk sikap mental yang unggul yakni pantang menyerah menghadapi situasi social yang tidak menguntungkan (tidak kondusif atau tanpa posisi tawar yang memadai). Pendidikan karakter ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang mulia, yakni menanamkan sikap mandiri (pendidikan karakter yang berkaitan dengan diri sendiri, yakni rasa percaya diri, nekerja keras, dan mandiri).
Selanjutnya, Karni (2008:157) menuliskan bahwa di antara sumbangan fenomenal tetralogi LP adalah membangkitkan passion bangsa ini yang original, yang masih hidup sebagai pegangan dalam masyarakat pedalaman, termasuk di Belitong Timur tahun 1970-an, yang masih alami, belum banyak ternoda anasir buruk luar.
Fighting spirit adalah salah satu inspirasi (pendidikan karakter, TNG) yang diangkat sebagai tema dalam novel Laskar Pelangi. Spirit untuk survive yang bergelora di kalangan anak-anak underdog, anak-anak yang tidak diperhitungkan (Karni, 2008:180). Inti pendidikan menurut Andrea Hirata, bukan sekadar kemudahan sarana pendukung, tetapi juga tercapainya pembentukan karakter (Karni, 2008:196).
LP merupakan contoh karya sastra yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan karakter segenap anak bangsa di berbagai tingkatan. Melalui LP, Andrea Hirata mengajarkan kepada segenap anak bangsa bahwa kita harus bijak menyikapi stereo tipe yang buruk. Kita tidak boleh menerima begitu saja kesan umum negative tentang diri dan komunitas kita yang dilekatkan bertahun-tahun entah oleh siapa. Kita tidak boleh pasrah dan larut dalam arus utama yang tidak kontruktif. Semua itu bisa diubah jadi lebih baik, asal ada kemauan yang kuat (Karni, 2008:173).
Senafas dengan itu, dalam kaitannya dengan usaha kita bersama untuk menggalakkan kembali pendidikan karakter segenap anak bangsa, kita tidak boleh menyerah apalagi putus asa. Usaha yang kita lakukan sekarang ini insya Allah akan dituai hasilnya pada 10-20 tahun yang akan datang. Jika kita tidak berbuat apa-apa sekarang ini, maka dapat dipastikan karakter segenap anak bangsa kita akan tetap bobrok, dan butuh waktu lama untuk merehabilitasinya.

BAHAN RUJUKAN
Azzet, Akhmad Muhaimin, 2011. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. Jogjakarta : Penerbit Ar Ruzz Media.
Karni, Asrori S.2008. Laskar Pelangi : The Phenomenon. Jakarta : Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika)



























Selasa, 22 Mei 2012

MENGUAK DIKSI-DIKSI YANG DAHSYAD DALAM PUISI ARIFFIN NOOR HASBY BERJUDUK FRAGMEN KOTA

Oleh Tajuddin Noor Ganie Dosen Mata Kuliah Kajian Puisi PBSID STKIP PGRI Banjarmasin

Ariffin Noor Hasby (ANH), mulai menulis puisi, dan esei sastra sejak tahun 1980-an. Publikasi puisinya tersebar di berbagai koran/majalah terbitan Banjarmasin, Yogyakarta, Jakarta, Bandar Seri Begawan, dan Jerman. Puisi-puisinya ikut dimuat dalam banyak antologi bersama. Tidak hanya yang terbit di kota-kota besar di Kalsel, seperti Banjarmasin, Banjarbaru, Tanjung, Kotabaru, Marabahan, dan Barabai, tetapi juga yang terbit di Samarinda dan Jakarta.

Reputasinya sebagai sastrawan nasional sudah diresmikan tidak saja melalui forum-forum penting yang melibatkan dirinya, seperti Cakrawala Sastra Indonesia di TIM Jakarta (2005). Tetapi juga diresmikan melalui pemuatan biografi kesastrawanannya dalam sejumlah buku referensi sastra, seperti Leksikon Susastra Indonesia (Korie Layun Rampan, 2000), Buku Pintar Sastra Indonesia (Pamusuk Eneste, 2001), dan Ensiklopedi Sastra Indonesia (Hasanuddin WS dkk, 2007).

Terus terang, sebagai peminat puisi, saya sejak lama terpikat atau lebih tepatnya terbuai dengan diksi yang diolah ANH. Diksi dalam puisi-puisi ANH sangat unik, antik, istimewa, dan mengejutkan. Dalam hal ini saya sering menyebutnya sebagai diksi yang dahsyad.

Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang dengan sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, Diksi menjadi begitu penting dalam proses kreatif penulisan puisi, karena setiap penyair dituntut oleh profesinya itu untuk selalu melakukan pemilihan, pemilahan, dan pengolahan kata-kata dengan secermat mungkin hingga ke taraf yang paling ekstrim.

Pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat dengan tuntutan makna dan keselarasan bunyi. Pilihan kata akan mempengaruhi ketepatan makna dan keselarasan bunyi. Pemilihan kata berhubungan erat dengan latar belakang penyair. Semakin luas wawasan estetik penyairnya, maka akan semakin kaya dan berbobot kata-kata yang digunakannya.

Kata-kata dalam puisi tidak hanya sekadar kata-kata yang dihafalkan, tetapi sudah mengandung pandangan hidup penyairnya. Penyair yang relegius akan menggunakan kosa kata yang berbeda dengan penyair yang sosialis. Penyair yang berasal dari Yogyakarta akan berbeda pilihan katanya dengan penyair yang berasal dari Tapanuli (Batak).

Penyair yang berprofesi sebagai dokter akan berbeda pilihan katanya dengan penyair yang berprofesi sebagai anggota ABRI, guru, pedagang, pegawai negeri sipil, pengacara, pengusaha, polisi, tukang, atau profesi yang lainnya. Tidak hanya itu, kata-kata dalam puisi juga mencerminkan situasi dan kondisi kejiwaan atau perasaan hati penyairnya ketika melakukan proses kreatif penulisan puisinya dimaksud, seperti bahagia, cemas, gelisah, kalut, khawatir, marah, resah, riang, takut, atau tegang.

Penyair harus cermat memilih kata-kata dalam puisinya. Hal ini berkaitan dengan keberadaan bahasa dalam puisi yang kaya akan makna simbolik, bermakna konotatif, asosiatif, dan sugestif.  Menurut Ganie (2009), Pradopo (1999:101), menyebut gejala semacam ini sebagai penyimpangan terhadap sistem tata bahasa normatif. Tidak hanya aturan tata bahasa yang disiati penyair, tetapi juga kosa kata baku bahasa Indonesia.

Pemilihan dan penyusunan kata-kata dilakukan oleh penyair dengan cara yang sedemikian rupa itu ditujukan untuk menimbulkan imaginasi estetik yang diinginkannya. Barfield (1952:54) menyebut kata-kata dengan muatan imaginasi estetik itu sebagai diksi puitis (dalam Pradopo, 1999:54).

Jadi diksi menurut Pradopo (1999:54) dimaksudkan sebagai usaha penyair untuk mendapatkan kepuitisan atau untuk mendapatkan nilai estetik. Menurut Ganie (2009), kosa kata yang memenuhi kriteria sebagai kosa kata bernilai estetik adalah kosa kata ambigu yang bermakna asosiatif, konotatif, dan sugestif. Demi mencapai tujuan agar dapat dengan setepat-tepatnya menjelmakan pengalaman jiwanya, maka seorang penyair tidak dapat tidak harus memilih dengan cermat kosa kata yang akan disusunnya ke dalam larik-larik puisi karangannya.

Sekalipun pengalaman jiwanya itu bersifat personal, namun pengalaman jjiwa yang personal itu harus diekspresikan secara padat dan intens dengan mempergunakan sarana komunikasi puitis yang selaras dengan konvensi yang berlaku umum. Pradopo (1999:54) menyarankan agar penyair mempertimbangkan perbedaan arti kata yang sekecil-kecilnya dengan sangat cermat. Bahasa yang dipergunakan penyair bersifat khusus.

Penyair mungkin saja mempergunakan bahasa sehari-hari yang diberi makna baru. Dalam hal ini bahasa sehari-hari yang sudah diolah secara kreatif menjadi bahasa individual yang ekpresif (idiosycratic), yakni bahasa yang sudah mengalami pergantian makna, penyimpangan makna, dan sudah memiliki makna baru yang berbeda dengan makna asalnya. Bahasa puisi menjadi sulit dipahami makna muatan (denotatif) dan makna ikutannya (konotatif) karena dalam menulis puisi, seorang penyair tidak menitik-beratkan kepada kepentingan pragmatis fungsionalnya sebagai alat dalam praktik komunikasi yang informatif dan direktif, tetapi lebih menitik-beratkan kepada kepentingan estetisnya sebagai karya sastra yang kaya makna (ambigu).

FRAGMEN KOTA
kota yang liar batu-batu jalanan
memendam gemuruhnya dalam dingin rindu
setelah kabut pertama merobek pandang kembara

ngilu angin kemarau menjalari tulang belulang kota yang liar
jalan-jalan menemukan belantara terbakar di sana dalam belukar pikiran kita
setelah pengalaman itu, kita mengadukan sungai-sungai yang menghanyutkan cintamu
padahal kota yang liar ingin menghilirkan kenangannya, ke muara waktu dan kita mengiringinya
dengan tatapan cinta

(Majalah Hai Jakarta, Nomor 35/12/1988)


Ditemukan sejumlah diksi yang dahsyad dalam kutipan teks puisi di atas, yakni.

1. kota yang liar, paduan diksi yang lajim untuk kota, antara lain kota kota besar, kota buaya (Surabaya), kota agung (Amuntai), kota idaman (Banjarbaru), kota cantik (Palangka Raya), kota damai, kota indah, dan kota wali (Cirebon). Paduan diksi yang lajim untuk liar adalah alam liar, balapan liar, binatang liar, burung liar, kawasan liar, atau satwa liar. ANH dalam puisinya ini menggunakan paduan diksi kota yang liar. Kota dalam paduan diksi ini dipersonifikasikan menjadi manusia atau binatang, hanya manusia atau binatang saja yang bisa menyandang status liar. Diksi kota yang liar merujuk kepada kota yang tidak enak untuk ditinggali.

2. Kota yang liar sebagai kota yang tidak enak untuk ditinggali oleh aku lirik itu ternyata memiliki jalanan yang sepi dari lalu lalang kendaraan bermotor (batu-batu jalanan memendam gemuruhnya/dalam dingin rindu). Paduan diksi yang lajim untuk memendam antara lain memendam cinta, memendam duka, atau memendam rindu. ANH dalam puisinya ini menggunakan paduan diksi memendam gemuruhnya. Artinya jalanan (fasilitas umum) di kota liar adalah jalanan yang sepi dari gemuruh bunyi mesin kendaraan bermotor yang lalu lalang di atasnya. Tempat untuk memendam bunyi gemuruh mesin kendaraan bermotor tsb bukanlah tempat yang lajim, yakni di dalam dingin rindu. Paduan diksi yang lajim untuk dingin antara lain amat dingin, begitu dingin, dingin sekali, atau sangat dingin. ANH dalam puisinya ini menggunakan paduan diksi dingin rindu. Artinya rindu yang sudah tidak lagi bergejolak atau tidak lagi menggelora, dalam hal ini rindu aku lirik (kembara) terhadap kota liar ini adalah rindu yang sudah kehilangan greget, tidak sensitif, atau bahkan sudah tak bermakna lagi, kosong alias hampa. Semuanya itu terjadi setelah kabut pertama/merobek pandang kembara. Kabut yang merobek dalam puisi ini identik dengan sesuatu yang merusak, faktor negatif yang membuat aku lirik (kembara) merasa tak betah lagi tinggal di kota yang liar. Kabut pertama merupakan paduan diksi yang tak lajim, diksi lajim untuk kabut antara lain kabut asap. Diksi pertama merujuk kepada urutan peristiwa, ini berarti setelah kabut pertama, masih ada kabut yang lainnya, kabut kedua, kabutt ketiga dan kabut seterusnya. Diksi kabut pertama merobek pandang juga tak lajim. Kabut lajimnya bukan merobek pandang, tapi menutupi pandang. Pemakaian diksi merobek pandang (mata) bukan menutup pandang (mata) oleh ANH dalam puisi ini dimaksudkan untuk mempertegas potensi ancaman kabut sebagai faktor perusak kenyamanan hidup kembara di kota yang liar.

3. Ngilu angin kemarau/menjalari tulang belulang kota yang liar/jalan-jalan menemukan belantara terbakar di sana/dalam belukar pikiran/kita. Kota yang liar menjadi semakin tak enak untuk ditinggali aku lirik (kembara) karena tulang belulang kota itu sudah ngilu akibat dijalari oleh angin kemarau yang berhembus rutin di sana. Jalan-jalan yang sepi dari gemuruh bunyi mesin kendaraan bermotor yang lalu lalang di atasnya itu, pada akhirnya menemukan fakta bahwa semua hal atau faktor yang membuat kota ini menjadi liar bermuara pada kesembrawutan pikiran kita sebagai warga kota (belukar pikiran kita).

4. Setelah pengalaman (buruk) itu, kita mengadukan (segala masalah kepada) sungai-sungai yang menghanyutkan cintamu (mu adalah kota yang liar) padahal kota yang liar ingin menghilirkan kenangannya ke muara waktu, dan kita mengiringinya dengan tatapan cinta. Masih banyak puisi-puisi ANH yang lain yang juga mengangkat tema perkotaan sebagaimana halnya puisi Fragmen Kota. Jumlah tidak kurang dari 15 judul, yakni Aku Dengan Engkau Berkata, Bahasa Kota, Deru Kota, Ekstase Kota, Episode Kota Tua, Irama Kota, Irama Matahari, Kabar, Kesaksian, Kota Sungai, Lanskap Kota, Membaca Pikiran Kota, Sajak Pejalan Kaki, Sajak tentang Kota, dan Tentang Hujan, Semua puisi dimaksud juga sarat dimuati dengan diksi-diksi yang dahsyad khas ANH. Insya Allah dalam waktu dekat ANH akan meluncurkan antologi puisinya berjudul Kota yang Bersiul. Didalamnya akan dimuat puisi-puisi terbaik ANH yang ditulisnya sepanjang tahun 1980-2010.

MENGUAK DIKSI YANG DAHSYAD DALAM PUISI ARIFFIN NOOR HASBY BERJUDUL KOTA YANG BERSIUL

Oleh Tajuddin Noor Ganie Dosen Mata Kuliah Kajian Puisi PBSID STKIP PGRI Banjarmasin

Ariffin Noor Hasby (ANH), mulai menulis puisi, dan esei sastra sejak tahun 1980-an. Publikasi puisinya tersebar di berbagai koran/majalah terbitan Banjarmasin, Yogyakarta, Jakarta, Bandar Seri Begawan, dan Jerman. Puisi-puisinya ikut dimuat dalam banyak antologi bersama. Tidak hanya yang terbit di kota-kota besar di Kalsel, seperti Banjarmasin, Banjarbaru, Tanjung, Kotabaru, Marabahan, dan Barabai, tetapi juga yang terbit di Samarinda dan Jakarta.

 Reputasinya sebagai sastrawan nasional sudah diresmikan tidak saja melalui forum-forum penting yang melibatkan dirinya, seperti Cakrawala Sastra Indonesia di TIM Jakarta (2005). Tetapi juga diresmikan melalui pemuatan biografi kesastrawanannya dalam sejumlah buku referensi sastra, seperti Leksikon Susastra Indonesia (Korie Layun Rampan, 2000), Buku Pintar Sastra Indonesia (Pamusuk Eneste, 2001), dan Ensiklopedi Sastra Indonesia (Hasanuddin WS dkk, 2007).

Terus terang, sebagai peminat puisi, saya sejak lama terpikat atau lebih tepatnya terbuai dengan diksi yang diolah ANH. Diksi dalam puisi-puisi ANH sangat unik, antik, istimewa, dan mengejutkan. Dalam hal ini saya sering menyebutnya sebagai diksi yang dahsyad.

Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang dengan sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, Diksi menjadi begitu penting dalam proses kreatif penulisan puisi, karena setiap penyair dituntut oleh profesinya itu untuk selalu melakukan pemilihan, pemilahan, dan pengolahan kata-kata dengan secermat mungkin hingga ke taraf yang paling ekstrim.

Pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat dengan tuntutan makna dan keselarasan bunyi. Pilihan kata akan mempengaruhi ketepatan makna dan keselarasan bunyi. Pemilihan kata berhubungan erat dengan latar belakang penyair. Semakin luas wawasan estetik penyairnya, maka akan semakin kaya dan berbobot kata-kata yang digunakannya. Kata-kata dalam puisi tidak hanya sekadar kata-kata yang dihafalkan, tetapi sudah mengandung pandangan hidup penyairnya. Penyair yang relegius akan menggunakan kosa kata yang berbeda dengan penyair yang sosialis. Penyair yang berasal dari Yogyakarta akan berbeda pilihan katanya dengan penyair yang berasal dari Tapanuli (Batak). Penyair yang berprofesi sebagai dokter akan berbeda pilihan katanya dengan penyair yang berprofesi sebagai anggota ABRI, guru, pedagang, pegawai negeri sipil, pengacara, pengusaha, polisi, tukang, atau profesi yang lainnya.

Tidak hanya itu, kata-kata dalam puisi juga mencerminkan situasi dan kondisi kejiwaan atau perasaan hati penyairnya ketika melakukan proses kreatif penulisan puisinya dimaksud, seperti bahagia, cemas, gelisah, kalut, khawatir, marah, resah, riang, takut, atau tegang. Penyair harus cermat memilih kata-kata dalam puisinya. Hal ini berkaitan dengan keberadaan bahasa dalam puisi yang kaya akan makna simbolik, bermakna konotatif, asosiatif, dan sugestif. Menurut Ganie (2009), Pradopo (1999:101), menyebut gejala semacam ini sebagai penyimpangan terhadap sistem tata bahasa normatif. Tidak hanya aturan tata bahasa yang disiati penyair, tetapi juga kosa kata baku bahasa Indonesia.

Pemilihan dan penyusunan kata-kata dilakukan oleh penyair dengan cara yang sedemikian rupa itu ditujukan untuk menimbulkan imaginasi estetik yang diinginkannya. Barfield (1952:54) menyebut kata-kata dengan muatan imaginasi estetik itu sebagai diksi puitis (dalam Pradopo, 1999:54). Jadi diksi menurut Pradopo (1999:54) dimaksudkan sebagai usaha penyair untuk mendapatkan kepuitisan atau untuk mendapatkan nilai estetik.

Menurut Ganie (2009), kosa kata yang memenuhi kriteria sebagai kosa kata bernilai estetik adalah kosa kata ambigu yang bermakna asosiatif, konotatif, dan sugestif. Demi mencapai tujuan agar dapat dengan setepat-tepatnya menjelmakan pengalaman jiwanya, maka seorang penyair tidak dapat tidak harus memilih dengan cermat kosa kata yang akan disusunnya ke dalam larik-larik puisi karangannya. Sekalipun pengalaman jiwanya itu bersifat personal, namun pengalaman jjiwa yang personal itu harus diekspresikan secara padat dan intens dengan mempergunakan sarana komunikasi puitis yang selaras dengan konvensi yang berlaku umum.

Pradopo (1999:54) menyarankan agar penyair mempertimbangkan perbedaan arti kata yang sekecil-kecilnya dengan sangat cermat. Bahasa yang dipergunakan penyair bersifat khusus. Penyair mungkin saja mempergunakan bahasa sehari-hari yang diberi makna baru. Dalam hal ini bahasa sehari-hari yang sudah diolah secara kreatif menjadi bahasa individual yang ekpresif (idiosycratic), yakni bahasa yang sudah mengalami pergantian makna, penyimpangan makna, dan sudah memiliki makna baru yang berbeda dengan makna asalnya. Bahasa puisi menjadi sulit dipahami makna muatan (denotatif) dan makna ikutannya (konotatif) karena dalam menulis puisi, seorang penyair tidak menitik-beratkan kepada kepentingan pragmatis fungsionalnya sebagai alat dalam praktik komunikasi yang informatif dan direktif, tetapi lebih menitik-beratkan kepada kepentingan estetisnya sebagai karya sastra yang kaya makna (ambigu).

KOTA YANG BERSIUL

kota yang bersiul di malam hari itu mengingatkanku pada rimba kenangan tanah leluhur yang memikul gemuruh peradaban bayang-bayang rindu yang biru menggenapkan makna perjalananku : sepi yang panjang sementara beribu catatan purba tentang riak budaya, pijar belantara dan misteri manusia seperti terbuka sendirian menantang wajah sejarah yang merah padam o, siapakah yang terjaga dalam barisan kata-kata yang bertulang itu cakrawala tak mengirimkan isyarat kepadaku walau kota senantiansa bersiul malam hari mengalunkan kesetiaan tak bosan-bosan entah mengapa aku tak juga dapat mengerti kapan suara itu tiba atau berangkat dari pintu pendengaran? FISIP Unlam, Agt 1987 (SKH Pelita Jakarta, Minggu, 13 September 1987)

Ditemukan sejumlah diksi yang dahsyad dalam kutipan teks puisi di atas, yakni.

1. kota yang bersiul malam hari, paduan diksi yang lajim untuk kota, antara lain kota kota besar, kota buaya (Surabaya), kota agung (Amuntai), kota idaman (Banjarbaru), kota cantik (Palangka Raya), kota damai, kota indah, dan kota wali (Cirebon). Paduan diksi yang lajim untuk bersiul antara lain bersiul riang, burung bersiul, atau Gunadi bersiul. ANH dalam puisi ini menggunakan paduan diksi kota yang bersiul. Kota dalam paduan diksi ini dipersonifikasikan menjadi manusia atau burung, hanya manusia atau burung saja yang bisa bersiul. Diksi kota yang bersiul merujuk kepada kota yang enak untuk ditinggali, siul merujuk kepada suara-suara yang enak didengar. Orang Indonesia yang paling merdu siulannya adalah Gunadi (saya pernah membeli kasetnya berjudul Gunadi bersiul).

2. (Bunyi siulan yang merdu dimaksud membuat aku lirik menjadi teringat kepada) rimba kenangan (di) tanah leluhur. Paduan diksi yang lajim untuk rimba antara lain rimba belantara, dan rimba raya. Paduan diksi yang lajim untuk kenangan antara lain kenangan indah, dan kenangan lama, ANH dalam puisi ini menggunakan paduan diksi rimba kenangan. Rimba merujuk kepada nomina dalam jumlah banyak (dalam konteks ini banyak ditumbuhi pepohonan aneka jenis). Rimba kenangan artinya banyak kenangan. Diksi kota yang bersiul dalam puisi ANH ini merujuk kepada kota yang penuh kenangan manis bagi aku lirik.

3. yang memikul gemuruh peradaban. Paduan diksi yang lajim untuk memikul antara lain memikul beban, memikul keranda. Paduan diksi yang lajim untuk gemuruh, antara lain bunyi gemuruh, dan gemuruh ombak. Paduan diksi yang lajim untuk peradaban antara lain peradaban manusia. ANH dalam puisi ini menggunakan paduan diksi memikul gemuruh peradaban. Memikul merujuk kepada beban yang harus ditanggung atau masalah yang harus diatasi. Gemuruh merujuk kepada segala sesuatu yang tidak menyenangkan (mengganggu pendengaran). Peradaban merujuk kepada segala seesuatu yang kompleks. Ini berarti diksi kota yang bersiul dalam puisi ANH ini merujuk kepada kota yang harus memikul beban yang sulit ditanggung yakni beban yang kompleks.

4. bayang-bayang rindu yang biru. Paduan diksi yang lajim untuk bayang-bayang antara lain bayang-bayang tubuhmu. Paduan diksi yang lajim untuk rindu antara lain sangat rindu, rindu dendam, atau rindu sekali. Paduan diksi yang lajim untuk biru antara lain film biru, langit biru, atau laut biru. ANH dalam puisi ini menggunakan paduan diksi bayang-bayang rindu yang biru. Diksi bayang-bayang merujuk kepada segala sesuatu yang diangan-angankan, sedangkan diksi rindu yang biru merujuk kepada hal-hal yang berkonotasi keindahan (bermakna kesuksesan).

5. menggenapkan makna perjalananku. Paduan diksi yang lajim untuk menggenapkan antara lain menggenapkan jumlah. Paduan diksi yang lajim untuk makna antara lain makna hidup, atau makna kata. Paduan diksi yang lajim untuk perjalanan antara lain perjalanan hidup, perjalanan jauh, atau perjalanan ke akhirat. ANH dalam puisi ini menggunakan paduan diksi menggenapkan perjalananku, diksi ini merujuk kepada fungsi bayang-bayang rindu yang biru sebagai sarana yang membuat perjalanan hidupnya menjadi lebih berarti.

6. sepi yang panjang. Paduan diksi yang lajim untuk sepi antara lain sangat sepi, atau sepi sekali. Paduan diksi yang lajim untuk panjang antara lain panjang sekali, atau sangat panjang. ANH dalam puisi ini menggunakan paduan diksi sepi yang panjang, diksi ini merujuk kepada situasi dan kondisi yang tidak menyenangkan yang berlangsung dalam waktu lama.

7. sementara beribu catatan purba/tentang riak budaya, pijar belantara/dan misteri manusia seperti terbuka sendirian. Paduan diksi yang lajim untuk catatan antara lain catatan harian. Paduan diksi yang lajim untuk purba antara lain hewan purba, manusia purba, atau masa purba. ANH dalam puisi ini menggunakan paduan diksi sementara beribu catatan purba yang merujuk kepada peristiwa bersejarah yang saling tumpang tindih satu sama lainnya itu (yakni riak budaya, pijar belantara, dan misteri manusia) sekarang ini tidak lagi bersifat rahasia karena telah terungkap dengan sendirinya.

8. menantang wajah sejarah yang merah padam. Paduan diksi yang lajim untuk sejarah antara lain sejarah daerah, sejarah dunia, sejarah hidup, atau sejarah nasional. Paduan diksi merah padam sudah lajim digunakan, yang tidak lajim adalah paduan diksi wajah sejarah yang merah padam sebagaimana yang digunakan oleh ANH dalam puisi ini. Paduan diksi ini merujuk kepada masa lalu yang tidak menyenangkan, masa lalu yang penuh dengan konflik berdarah.

9. o, siapakah yang terjaga/dalam barisan kata-kata yang bertulang itu. Paduan diksi yang lajim untuk barisan antara lain barisan pemadam kebakaran, atau barisan tentara. Paduan diksi yang lajim untuk bertulang antara lain lidah tak bertulang. ANH dalam puisi ini menggunakan paduan diksi barisan kata-kata bertulang. Paduan diksi ini merujuk kepada hukum tertulis (kata-kata) yang dipatuhi orang, karena ada kekuatan (aparatur penegak hukum) yang dapat memaksa semua orang untuk mematuhinya (tulang).

10. cakrawala tak mengirimkan isyarat kepadaku/Walau kota senantiansa bersiul malam hari/mengalunkan kesetiaan tak bosan-bosan. Paduan diksi yang lajim untuk cakrawala antara lain cakrawala biru, atau cakrawala pandang. Paduan diksi isyarat yang lajim antara lain isyarat alam. ANH dalam puisi ini menggunakan paduan diksi cakrawala tak mengirimkan isyarat padaku. Cakrawala dipersonifikasikan sebagai manusia, hanya manusia yang lajim mengirimkan isyarat (peringatan). Tidak ada orang yang mengirimkan isyarat (peringatan) kepada aku lirik. Suatu hal yang sulit dipahami aku lirik karena fakta yang ada menunjukkan bahwa kota tak pernah alpa mengirimkan isyarat-isyaratnya dalam bentuk siulan (walau kota senantiansa bersiul malam hari). Siulan dimaksud tak mungkin dialpakannya karena siulan dalam konteks puisi ini merupakan tanda kesetiaan yang harus selalu dijaga (mengalunkan kesetiaan tak bosan-bosan).

11. entah mengapa aku tak juga dapat mengerti/kapan suara itu tiba atau berangkat/dari pintu pendengaran?. Paduan diksi yang lajim untuk suara antara lain suara bising, suara gaduh, suara merdu, atau suara sember. Paduan diksi yang lajim untuk pintu adalah daun pintu, pintu belakang, pintu depan, pintu gerbang, pintu hati, atau pintu tengah. ANH dalam puisi ini menggunakan paduan diksi suara tiba, artinya suara menjelma, (suara) berangkat, artinya suara hilang. Paduan diksi pintu pendengaran merujuk kepada telinga. Suara yang dimaksud dalam konteks puisi ini adalah suara yang menyenangkan (siulan kota) untuk didengarkan. Aku lirik mencemaskan datangnya saat-saat dimana suara dimaksud (entah kapan akan) hilang dari pendengarannya (berangkat dari pintu pendengaran).

Masih banyak puisi-puisi ANH yang lain yang juga mengangkat tema perkotaan sebagaimana halnya puisi Kota yang Bersiul. Jumlah tidak kurang dari 15 judul, yakni Aku Dengan Engkau Berkata, Bahasa Kota, Deru Kota, Ekstase Kota, Episode Kota Tua, Irama Kota, Irama Matahari, Kabar, Kesaksian, Kota Sungai, Lanskap Kota, Membaca Pikiran Kota, Sajak Pejalan Kaki, Sajak tentang Kota, dan Tentang Hujan.

Semua puisi dimaksud juga sarat dimuati dengan diksi-diksi yang dahsyad khas ANH. Insya Allah dalam waktu dekat ANH akan meluncurkan antologi puisinya berjudul Kota yang Bersiul. Didalamnya akan dimuat puisi-puisi terbaik ANH yang ditulisnya sepanjang tahun 1980-2010.

Senin, 30 April 2012

CINTA DI TEPI GEUMHO

Judul Buku : Cinta di Tepi Geumho
Pengarang : Mahmud Jauhari Ali
Penerbit : Penerbit Araska Yogyakarta
Tebal Buku : 143+V halaman Tahun : 2012

Citra bangsa Korea Selatan sebagai salah satu bangsa yang unggul di dunia telah semakin mantap mengkristal. Lihatlah bagaimana orang-orang di segenap penjuru dunia begitu tergila-gila dengan Korea Pop. Para bintang film dan penyanyi Korea Selatan telah menjadi idola baru yang membuat para muda-mudi menjadi histeris setiap kali menyambut kedatangan mereka di bandar udara atau ketika menyaksikan mereka beraksi di panggung-panggung yang glamor. Mobil-mobil terbaru produksi Korea Selatan semakin hari semakin merajalela memadati segenap jalan raya dan jalan tol di manca negara termasuk di Amerika Serikat. Ilmu bela diri Korea Selatan, yakni Taekwondo, telah dipelajari orang di mana-mana. Kampus-kampus terkemuka di belahan dunia seolah-olah berlomba menyediakan tempat dan fasilitas pendukung lainnya untuk menampung buku-buku berbahasa Korea atau berbahasa Inggeris yang mengupas tentang keunggulan bangsa Korea Selatan. Semuanya menjadi semakin mantap lagi ketika 2 orang putra terbaik bangsa Korea Selatan berhasil menduduki tampuk kepemimpinan sebagai Sekjen PBB (Ban Ki Mon) dan Direktur Bank Dunia (Jim Yong Kim, warga Negara Amerika Serikat keturunan Korea Selatan) mengalahkan calon dari Indonesia yang sempat santer disebut-sebut Sri Muljani Indrawati. Fenomena semacam itu ternyata juga menggejala dengan sangat kuatnya (signifikan) di kalangan para penulis karya sastra populer di tanah air kita. Ratusan atau bahkan ribuan novel popular bertema Korea Selatan telah ditulis dan diterbitkan orang di tanah air kita. Semakin lama tren ini bukannya semakin menyurut sebaliknya malah semakin menanjak. Boming novel populer bertema Korea Selatan ini rupa-rupanya telah menggugah energi kreatif sastrawan Kalsel Mahmud Jauhari Ali (MJA), tanpa gembar-gembor ia telah berhasil menyelesaikan novelnya berjudul Cinta di tepi Geumho (CdtG). Beruntung, Penerbit Araska Yogyakarta kemudian bersedia menerbitkannya dan menyebar-luaskannya ke seluruh Indonesia, termasuk ke kota Banjarmasin (novel ini antara lain dipajang di Toko Buku Gramedia Veteran Banjarmasin dan Gramedia Duta Mall Banjarmasin). Sungguh, ini prestasi anak banua yang patut dirayakan. Novel CdtG bercerita tentang kisah cinta antara Son Chae Hyang (SCH) dan Muhammad Kim Jun So (MKJS). SCH adalah seorang gadis muslimat berkebangsaan Korea Selatan. Wajahnya cantik, secantik bintang filem Song Hye Kyo. Tuntutan tugasnya sebagai peneliti muda di bidang bahasa membuatnya harus datang ke desa Kuripan, Barito Kuala, Kalsel. Sementara itu JS adalah seorang jejaka berusia 24 tahun, ia seorang blasteran, ayahnya seorang peneliti berasal dari Korea Selatan dan ibunya orang Dayak Ngaju. Wajahnya tampan, lebih tampan dibandingkan dengan bintang film Won Bin Sebelum bertemu dengan SCH, MKJS sudah dua kali mengunjungi Korea Selatan untuk bertemu dengan kakek, nenek, paman, bibi, dan saudara sepupunya yang tinggal di Daego. Ia adalah seorang atlet Taekwondo yang pernah mengukir prestasi membanggakan sebagai peraih medali emas di Olimpiade 2008.. Piala kemenangan MKJS sebagai atlet Taekwondo berprestasi tingkat dunia itu masih disimpan di ruang guru Madrasah Aliyah Kuripan. Gara-gara piala itulah SCH tertarik untuk bertemu MKJS. Selain melakukan penelitian, SCH juga berkenan menjadi guru bahasa Inggeris di Madrasah Aliyah Kuripan (di madrasah inilah MKJS dulu menuntut ilmu). Setelah bertemu keduanya lalu saling jatuh cinta. Ketika bertemu SCH, MJKS sedang ada masalah dengan kedua kakinya, dua tahun yang lalu ia mengalami kecelakaan fatal, sepeda motornya tanpa sengaja masuk kedalam kubangan besar di tengah jalan desa yang dilaluinya, akibatnya sudah dua tahun ia harus mengurung diri di rumah karena kakinya tak bisa digunakan untuk berjalan. Kemana-mana ia harus menggunakan kursi roda. Namun, kecelakaan itu rupanya membawa hikmah tersendiri baginya karena ia bisa menggunakan seluruh waktunya untuk menyelesaikan penulisan bukunya berjudul Taekwondo dan Kebudayaan Korea di Kalimantan Selatan (ditulis dengan huruf hanguel dan dalam bahasa Korea Selatan). Buku dimaksud kemudian diterbitkan oleh Penerbit Woongjin.com di Seoul. Pihak penerbit sangat antusias dengan buku karangan MJKS ini karena orang Korea Selatan juga gemar membaca buku-buku yang berisi cerita tentang sambutan hangat yang diberikan oleh khalayak ramai di mancanegara atas kebudayaan Korea Selatan. Sama seperti halnya dengan bangsa Indonesia, bangsa Korea Selatan rupanya juga memiliki sisi-sisi narsis kolektif yang manusiawi. Hehehe. Setelah menyelesaikan penelitiannya, SCH pulang kembali ke Korea Selatan, tepatnya ke Jangho. Baik SCH maupun MJKS saling memendam rindu. Tapi apa daya, mereka terpisah jarak yang begitu jauh. SCH mencoba membuka kontak dengan MJKS melalui komentar-komentarnya di bawah tulisan-tulisan MJKS yang ada di blog. MJKS juga mencoba menghubungi SCH melalui nomor ponselnya, tapi tak pernah ada jawaban. Tidak berselang lama MJKS diundang ke Korea Selatan, bukunya ternyata laris manis Ia diundang untuk memberikan ceramah di berbagai kampus terkemuka di Korea Selatan. Sangat disayangkan meskipun sudah berada di Korea Selatan, MJKS tak kunjung bisa menghubungi SCH, padahal ia ingin sekali bertemu dengan SCH. Pada saat hatinya tengah galau begitu, MJKS berkenalan dengan Shi Yu Jeon (SYJ) yang tidak lain adalah sepupunya sendiri. SYJ berwajah cantik dan berprofesi sebagai seorang dokter spesialis tulang. Sejak hari pertama kedatangannya di di Korea Selatan MJKS dirawat dan dilatih oleh SYJ. Berkat perawatan dan latihan yang diberikan SYJ, ada kemajuan dengan kaki MJKS, ia sudah mulai bisa berjalan. Diam-diam SYJ ternyata mencintai MJKS. Pertanyaannya sekarang, apakah hubungan cinta MJKS dengan SCH akan putus di tengah jalan, dan apakah SYJ berhasil menempati ruang dalam di hati MJKS sebagai pengganti SCH? Jika anda penasaran akan lebiuh baik jika anda membaca sendiri novel karya anak banua ini (Tajuddin Noor Ganie, M. Pd). Berita 2 CINTA DI TEPI GEUMHO Judul Buku : Cinta di Tepi Geumho Pengarang : Mahmud Jauhari Ali Penerbit : Penerbit Araska Yogyakarta Tebal Buku : 143+V halaman Tahun : 2012 Citra bangsa Korea Selatan sebagai salah satu bangsa yang unggul di dunia telah semakin mantap mengkristal. Lihatlah bagaimana orang-orang di segenap penjuru dunia begitu tergila-gila dengan Korea Pop. Para bintang film dan penyanyi Korea Selatan telah menjadi idola baru yang membuat para muda-mudi menjadi histeris setiap kali menyambut kedatangan mereka di bandar udara atau ketika menyaksikan mereka beraksi di panggung-panggung yang glamor. Mobil-mobil terbaru produksi Korea Selatan semakin hari semakin merajalela memadati segenap jalan raya dan jalan tol di manca negara termasuk di Amerika Serikat. Ilmu bela diri Korea Selatan, yakni Taekwondo, telah dipelajari orang di mana-mana. Kampus-kampus terkemuka di belahan dunia seolah-olah berlomba menyediakan tempat dan fasilitas pendukung lainnya untuk menampung buku-buku berbahasa Korea atau berbahasa Inggeris yang mengupas tentang keunggulan bangsa Korea Selatan. Semuanya menjadi semakin mantap lagi ketika 2 orang putra terbaik bangsa Korea Selatan berhasil menduduki tampuk kepemimpinan sebagai Sekjen PBB (Ban Ki Mon) dan Direktur Bank Dunia (Jim Yong Kim, warga Negara Amerika Serikat keturunan Korea Selatan) mengalahkan calon dari Indonesia yang sempat santer disebut-sebut Sri Muljani Indrawati. Fenomena semacam itu ternyata juga menggejala dengan sangat kuatnya (signifikan) di kalangan para penulis karya sastra populer di tanah air kita. Ratusan atau bahkan ribuan novel popular bertema Korea Selatan telah ditulis dan diterbitkan orang di tanah air kita. Semakin lama tren ini bukannya semakin menyurut sebaliknya malah semakin menanjak. Boming novel populer bertema Korea Selatan ini rupa-rupanya telah menggugah energi kreatif sastrawan Kalsel Mahmud Jauhari Ali (MJA), tanpa gembar-gembor ia telah berhasil menyelesaikan novelnya berjudul Cinta di tepi Geumho (CdtG). Beruntung, Penerbit Araska Yogyakarta kemudian bersedia menerbitkannya dan menyebar-luaskannya ke seluruh Indonesia. Saya lihat buku ini dipajang di Toko Buku Gramedia Veteran Banjar dan Gramedia Duta Mall Banjarmasin. Sungguh, ini prestasi anak banua yang patut dirayakan. Novel CdtG bercerita tentang kisah cinta antara Son Chae Hyang (SCH) dan Muhammad Kim Jun So (MKJS). SCH adalah seorang gadis muslimat berkebangsaan Korea Selatan. Wajahnya cantik, secantik bintang filem Song Hye Kyo. Tuntutan tugasnya sebagai peneliti muda di bidang bahasa membuatnya harus datang ke desa Kuripan, Barito Kuala, Kalsel. Sementara itu JS adalah seorang jejaka berusia 24 tahun, ia seorang blasteran, ayahnya seorang peneliti berasal dari Korea Selatan dan ibunya orang Dayak Ngaju. Wajahnya tampan, lebih tampan dibandingkan dengan bintang film Won Bin Sebelum bertemu dengan SCH, MKJS sudah dua kali mengunjungi Korea Selatan untuk bertemu dengan kakek, nenek, paman, bibi, dan saudara sepupunya yang tinggal di Daego. Ia adalah seorang atlet Taekwondo yang pernah mengukir prestasi membanggakan sebagai peraih medali emas di Olimpiade 2008.. Piala kemenangan MKJS sebagai atlet Taekwondo berprestasi tingkat dunia itu masih disimpan di ruang guru Madrasah Aliyah Kuripan. Gara-gara piala itulah SCH tertarik untuk bertemu MKJS. Selain melakukan penelitian, SCH juga berkenan menjadi guru bahasa Inggeris di Madrasah Aliyah Kuripan (di madrasah inilah MKJS dulu menuntut ilmu). Setelah bertemu keduanya lalu saling jatuh cinta. Ketika bertemu SCH, MJKS sedang ada masalah dengan kedua kakinya, dua tahun yang lalu ia mengalami kecelakaan fatal, sepeda motornya tanpa sengaja masuk kedalam kubangan besar di tengah jalan desa yang dilaluinya, akibatnya sudah dua tahun ia harus mengurung diri di rumah karena kakinya tak bisa digunakan untuk berjalan. Kemana-mana ia harus menggunakan kursi roda. Namun, kecelakaan itu rupanya membawa hikmah tersendiri baginya karena ia bisa menggunakan seluruh waktunya untuk menyelesaikan penulisan bukunya berjudul Taekwondo dan Kebudayaan Korea di Kalimantan Selatan (ditulis dengan huruf hanguel dan dalam bahasa Korea Selatan). Buku dimaksud kemudian diterbitkan oleh Penerbit Woongjin.com di Seoul. Pihak penerbit sangat antusias dengan buku karangan MJKS ini karena orang Korea Selatan juga gemar membaca buku-buku yang berisi cerita tentang sambutan hangat yang diberikan oleh khalayak ramai di mancanegara atas kebudayaan Korea Selatan. Sama seperti halnya dengan bangsa Indonesia, bangsa Korea Selatan rupanya juga memiliki sisi-sisi narsis kolektif yang manusiawi. Hehehe. Setelah menyelesaikan penelitiannya, SCH pulang kembali ke Korea Selatan, tepatnya ke Jangho. Baik SCH maupun MJKS saling memendam rindu. Tapi apa daya, mereka terpisah jarak yang begitu jauh. SCH mencoba membuka kontak dengan MJKS melalui komentar-komentarnya di bawah tulisan-tulisan MJKS yang ada di blog. MJKS juga mencoba menghubungi SCH melalui nomor ponselnya, tapi tak pernah ada jawaban. Belakangan baru diketahui bahwa ponsel SCH telah hilang ketika ia melakukan penelitian di desa Kuripan dulu. Tidak berselang lama MJKS diundang ke Korea Selatan, bukunya ternyata laris manis Ia diundang untuk memberikan ceramah di berbagai kampus terkemuka di Korea Selatan. Di Korea Selatan MJKS bertemu dengan Shi Yu Jeon (SYJ) yang tidak lain adalah sepupunya sendiri. SYJ berwajah cantik dan berprofesi sebagai seorang dokter spesialis tulang. Sejak hari pertama kedatangannya di di Korea Selatan MJKS dirawat dan dilatih oleh SYJ. Berkat perawatan dan latihan yang diberikan SYJ, ada kemajuan dengan kaki MJKS, oa sudah mulai bisa berjalan. Ketika berada di Seoul, MJKS menerima pesan dari Kepala Madrasah Aliyah Kuripan bahwa ada seseorang menemukan ponsel milik SCH. MJKS meminta pak kepala madrasah untuk mengirimkan semua nomor kontak yang ada di dalam ponsel SCH. Berkat nomor kontak itulah MJKS berhasil mengontak SCH. Ternyata SJH juga sedang berada di Seoul. Mereka akhirnya bertemu di Universitas Nasional Seoul. Tapi, tak berselang lama terjadi konflik antara SCH dan SYJ. SCH yang dibakar cemburu lantas meninggalkan pertemuan dengan sikap tak bersahabat, MJKS berulang kali menghubunginya, tapi tak pernah dibalasnya. Lama baru SCH mau membalas sms yang dikirimkan MJKS. Tapi, konflik belum berakhir, SYJ secara sepihak mengklaim bahwa dirinya telah dijodohkan dengan MJKS oleh orang tua mereka masing-masing. Hal ini disampaikan langsung oleh SYJ yang datang menemui SCH di tempat kerjanya. SYJ meminta agar SCH menjauhi MJKS. SCH pingsan mendengarnya dan harus dirawat beberapa hari di rumah sakit. SMKS merasa heran dengan sikap SCH yang tak mau membalas kontaknya, Namun, dalam suatu kesempatan berbalas sms dengan SCH, MJKS mengetahui bahwa SYJ telah mengklaim dirinya sebagai tunangan MJKS, itulah sebabnya mengapa SCH bersikap mengambil jarak dengannya. Belakangan MJKS berhasil memaksa SYJ mengakui perbuatannya dan meminta maaf kepada MJKS. MJKS bersedia memaafkan dengan syarat SYJ mau mengantarkannya menemui SCH di kantornya. Tapi, SCH menolak kedatangan mereka. Demi menebus kesalahannya SYJ berusaha untuk menemui SCH, gagal bertemu di kantor, SYJ menemui SCH di rumah orang tuanya di desa Jangho. SYJ mengakui kebohongan klaimnya tempo hari, SCH memaafkannya. Keduanya lalu saling berangkulan sebagaimana layaknya dua sahabat. Cerita berakhir bahagia, MJKS menikahi SCH, kakinya pulih seperti sedia kala, dan ia diterimna mengajar sebagai dosen bahasa Indonesia di Universitas Yonsei.Pernikahan MJKS dan SCH dilangsungkan di tepi Sungai Geumho sebagaimana yang selama ini diimpikan oleh MJKS. Selain alurnya, CdtG juga menarik karena didalamnya pengarang begitu banyak menggambarkan keindahan tempat-tempat di Korea Selatan, permakaian bahasa Korea Selatan yang digunakan para tokoh cerita ketika mereka berdialog satu sama lain sangat menghidupkan suasana cerita. Konfliknya dijalin dengan sangat cermat. Konon, dalam waktu dekat novel MJA yang lain akan segera diluncurkan oleh penerbit yang sama. Berita ini menyiratkan bahwa novel MJA yang tengah diresensi ini telah menuai sukses besar secara financial sehingga penerbitnya tanpa ragu menerbitkan novel MJA berikutnya. Salam sukses buat MJA (Tajuddin Noor Ganie, M.Pd).